TitikNOL - Harga kedelai yang melonjak tinggi membuat tempe langka dan mahal di pasaran. Situasi ini menyebabkan penjual dan masyarakat sulit mencari makanan asli Indonesia yang sudah mendarah daging.
Bisa dikatakan, tempe memang sulit dipisahkan bahkan sudah menjadi salah satu menu andalan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Makanan yang terbuat dari kacang kedelai ini disebut-sebut sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Berbagai catatan sejarah merujuk bahwa tempe sudah jadi panganan yang menemani keseharian sekaligus jadi bukti kecerdasan masyarakat Indonesia tempo dulu.
Terciptanya tempe semula berawal dari kedelai hitam yang banyak tumbuh di tanah Jawa. Kata kadele sendiri, yang berarti kedelai, sudah ditemukan dalam Serat Sri Tanjung pada sekitar abad ke-12.
Namun, sejumlah sumber juga menyebut bahwa kedelai banyak berasal dari China.
Masyarakat mengolah kedelai menjadi tempe melalui proses panjang. Mulai dari perebusan hingga melibatkan fermentasi, agar membuatnya menjadi bahan makanan yang tahan lama.
Pada zaman dahulu, tempe dibuat di dekat sumber air seperti sungai karena membutuhkan banyak pasokan air untuk melepaskan kulit kedelai.
"Itu menunjukkan masyarakat saat itu sangat kreatif. Mereka berolah kreasi di dapur dengan memanfaatkan bahan yang ada seperti kedelai menjadi tempe, menjadi kecap. Dan ini menjadi bukti kecerdasan masyarakat Indonesia masa dulu," kata ahli sejarah dan pengamat kuliner Heri Priyatmoko kepada CNNIndonesia.com, Selasa (5/1).
Dalam kitab Serat Centhini yang ditulis pada 1814-1823, tempe juga disebut sebagai sajian di pedesaan Jawa.
"Artinya, tempe sudah menjadi makanan masyarakat jauh sebelum Serat Centhini ditulis," ungkap Heri yang merupakan dosen sejarah di Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta ini.
Tempe terus menjadi makanan yang menemani masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu, termasuk di saat-saat sulit.
Catatan sejarah tentang tempe juga muncul saat tanam paksa di tahun 1830-1870-an. Pada masa kolonial itu, tempe menjadi penyelamat masyarakat yang harus bekerja keras.
Sejak saat itu pula, tempe terus menjadi makanan yang digemari masyarakat. Harganya yang murah, bahan yang mudah didapatkan, gizi yang tinggi, proses memasak yang mudah, hingga rasa yang nikmat membuat tempe terus bertahan dari tahun ke tahun.
Tak hanya tempe yang dikenal sejak lama, masyarakat kini juga membuat banyak inovasi tempe agar semakin kekinian.
"Tempe ya bukan hanya untuk lauk makan bukan hanya untuk bahan sayur. Tapi sudah menjadi camilan di kafe-kafe. Melintasi ruang sosial dan juga lintas kelas, bukan hanya wong cilik," papar Heri.
Dia lanjut mengatakan, "Sehingga wajar [kelangkaannya] memunculkan kepanikan karena tempe sudah menyatu dengan lidah masyarakat lintas kelas."
Tak hanya soal makanan, Heri menyebut tempe juga menjadi ungkapan yang dekat dengan masyarakat seperti dikenal dengan adanya 'mental tempe'.
"Bukan berarti tempe itu buruk, tapi diidentikkan dengan tempe itu lembek," ucap Heri.
Berita ini telah tayang di cnnindonesia.com, dengan judul: Sejarah Tempe, Bukti Kecerdasan Orang Indonesia Tempo Dulu