TitikNOL - Semua orang pasti pernah terluka. Entah itu luka kecil, luka goresan atau bahkan luka pasca operasi. Selain menimbulkan rasa nyeri, seringkali luka akan menimbulkan rasa gatal. Tak jarang, bagi Anda yang tidak sabar dan geregetan, akan berujung dengan menggaruk luka tersebut.
Di mana luka yang digaruk akan membuat lapisan kulit kering terbuka kembali dan memperlambat proses penyembuhannya. Lalu, mitos yang beredar, kondisi luka gatal tersebut menandakan kalau luka tersebut hendak sembuh dalam beberapa waktu kedepan. Benarkah luka gatal itu menandakan kalau mau sembuh? Simak faktanya berikut.
Kalau gatal, jangan digaruk
Gatal bisa disebabkan oleh berbagai hal. Entah itu karena adanya peradangan akibat terkena zat asing, atau bahkan alergen (penyebab alergi). Kemudian, ketika merasa gatal, Anda secara reflek akan menggaruknya. Pada awalnya memang rasa gatal akan hilang dan terasa nyaman. Namun beberapa saat kemudian, Anda akan merasakan sakit pada tempat yang sebelumnya gatal itu akibat menggaruk.
Nah, karena timbul rasa sakit, tubuh secara alami mengeluarkan serotonin. Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Namun, tidak hanya mengatur rasa sakit saja, serotonin juga memberikan rasa “puas” saat menggaruk. Sehingga, semakin banyak serotonin yang dihasilkan akibat rasa sakit, Anda juga akan semakin merasa semakin ingin menggaruk.
Rasa gatal selanjutnya bisa mengiritasi yang sedang tergores atau luka, menghilangkan jaringan yang tumbuh, memperlambat proses pemulihan dan memperburuk jaringan parut. Selain itu, menggaruk luka dapat menyebabkan bakteri berbahaya di tangan berpindah ke luka, dan bisa menyebabkan risiko infeksi yang lebih tinggi.
Benarkah kondisi luka gatal tandanya mau sembuh?
Gatal pada saat proses penyembuhan luka merupakan suatu yang normal dan biasa terjadi. Pada umumnya, gatal pada kasus ini akan mereda dengan sendirinya. Kalau gatalnya tidak kunjung hilang sendiri, Anda bisa jadi mengalami luka keloid atau luka hipertrofik.
Biasanya rasa gatal pada bekas luka terjadi akibat rangsangan fisik, rangsangan kimia, dan juga regenerasi atau proses perbaikan saraf. Beberapa contoh rangsangan fisik dapat berbentuk rangsangan mekanik, listrik, atau panas.
Rangsangan kimia yang menyebabkan gatal pada luka mungkin disebabkan oleh histamin. Histamin banyak terdapat pada luka keloid dan luka hipertrofik dan hal ini terjadi beriringan dengan pembentukan jaringan kolagen baru.
Di sisi lain, regenerasi saraf terjadi pada semua proses penyembuhan luka. Pada saat regenerasi saraf ini, terdapat serat saraf yang memiliki selubung myelin tipis dan serat saraf C yang tidak memiliki selubung. Jumlah keduanya tidak seimbang sehingga dapat meningkatkan rasa gatal. Semua faktor di atas inilah yang berkontribusi dalam menimbulkan rasa gatal pada luka saat penyembuhan.
Beberapa terapi yang dapat diberikan untuk mengurangi rasa gatal adalah pelembab, obat antiradang seperti kortikosteroid topikal yang dapat langsung dioles ke area gatal, interferon, asam retinoid topikal, dan gel silikon dalam bentuk lembaran atau krim.
Berita ini telah tayang di hellosehat.com, dengan judul: Kenapa Biasanya Luka Terasa Gatal Kalau Mau Sembuh?