TitikNOL - Berita mengejutkan datang dari bos toko daring Amazon.com, Jeff Bezos. Ponsel milik pria berkepala plontos itu telah diretas lewat kiriman video di aplikasi percakapan telepon genggam WhatsApp. Bermula dari adanya kiriman video itu, sejumlah besar data di ponsel Bezos raib.
Lebih mengejutkan lagi, pengirim file itu disebut adalah Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammaed Bin Salman. Sang pangeran telah memberikan bantahannya lewat pernyataan Kedutaan Besar Arab Saudi di Amerika Serikat.
"Laporan media baru-baru ini yang menunjukkan bahwa Kerajaan berada di balik peretasan telepon Jeff Bezos tidak masuk akal, " bunyi pernyataan yang dikeluarkan, Rabu 22 Januari 2020.
Pembajakan aplikasi WhatsApp bukan sekali ini terjadi. Di tanah air, sejumlah kasusnya juga bemunculan dan sebagian tersangka pelakunya sudah diadili. Dari yang sudah diusut, pelaku umumnya membajak untuk mengakses kontak yang ada lalu mencoba meraup keuntungan dengan permintaan transfer dana.
WhatsApp menyebutnya sebagai modus peniru. Ada dua modus lain yang dikenali dalam peretasan lewat aplikasi tersebut, termasuk untuk kasus seperti yang dialami Jeff Bezos. Berikut ini detilnya,
1. Peniru
Penipu bisa muncul dengan berbagai wajah, bisa berpura-pura menjadi teman atau kerabat dekat, yang mengaku sangat membutuhkan uang dengan menggunakan nomor dikenal. Biasanya disertai alasan musibah seperti dirampok, dipenjara, atau bahkan dirawat inap. Para penipu ini akan mengarang alasan dan meyakinkan kita untuk mengirimkan sejumlah uang.
Jika tidak ingin tertipu, cara mengantisipasinya, perhatikan bahasa yang coba ditiru si penipu. Gaya percakapan yang digunakan mungkin berbeda, seperti tutur bahasa yang dipilih, cara menjelaskan situasi, dan hal kecil lain yang meragukan.
Selain itu, jangan lupa menanyakan informasi tambahan dari sumber yang terpercaya. Setelah mengetahui bahwa ini salah satu modus penipuan, WhatsApp menyediakan fitur untuk memblokir kontak tersebut, caranya mudah buka chat, ketuk kontak atau nama grup, lalu klik Laporkan atau Blok kontak.
2. Pemberi harapan
Kasus penipuan ini biasanya berupa pesan berisi bahwa pengguna WhatsApp berhasil memenangkan hadiah, artinya pengguna tersebut sedang menjadi target penipuan. Dalam pesannya, penipu mengaku dari perusahaan yang meyakinkan penerima pesan memenangkan hadiah besar, atau menawarkan pekerjaan yang sebelumnya kita tidak pernah mendaftar.
Tujuan mereka adalah mencoba memperoleh informasi pribadi atau menipu untuk meminta uang. Untuk menghindarinya ingatlah ungkapan, “if it's too good to be true, it probably is.” Artinya, jika suatu hal terlalu mustahil untuk menjadi kenyataan, bisa jadi hal tersebut memang tidak mungkin terjadi.
Selain itu, pesan yang harus dihindari adalah, meminta untuk membagikan informasi pribadi (seperti nomor kartu kredit dan rekening bank, tanggal lahir, kata sandi), meminta untuk meneruskan pesan, meminta untuk mengklik tautan untuk mengaktifkan fitur baru, dan menyatakan harus membayar untuk menggunakan WhatsApp.
Perlu diketahui bahwa WhatsApp tidak akan meminta imbalan karena tidak dapat mengakses maupun membaca pesan penggunanya berkat sistem enkripsi end-to-end yang selalu aktif. Jika menerima pesan dari nomor yang tidak dikenal, segera hapus dan laporkan pesan tersebut. Jangan mengklik tautan atau memberi informasi pribadi apapun walaupun dengan imbalan hadiah.
3. Tautan yang mencurigakan
Indikator pesan atau tautan yang mencurigakan adalah mengandung kombinasi karakter yang dianggap tidak umum. Penipu mungkin menggunakan kombinasi karakter untuk mengecoh penerima pesan WhatsApp agar mengetuk tautan lalu membawanya ke situs web yang sah, tapi sebenarnya berbahaya.
Ketika menerima tautan, pesan perlu ditinjau dengan hati-hati. Jika mengetahui ada indikasi tersebut, pengguna bisa mengetuk tautan tersebut dan pesan pop-up akan ditampilkan—menyoroti karakter yang tidak umum di dalam tautan tersebut.
Berita ini telah tayang di tekno.tempo.co, dengan judul: Kasus Bos Amazon, Kenali Modus-modus Pembajakan WhatsApp Ini