SERANG, TitikNOL - Kenaikan sejumlah indikator pemicu inflasi mendongkrak Provinsi Banten pada posisi lima besar tertinggi di Indinonesia di akhir 2024, data ini sesuai year on year sebesar 1,88 persen.
Penjabat (PJ) Gubernur Banten, Ucok Abdulrauf Dementa, menyebut selain dipicu harga emas, kenaikan harga komoditi imbas dari tingginya permintaan konsumen pada momentum akhir tahun yang disambut jelang puasa ramadan membuat stabilisasi inflasi menjadi goyah.
Komoditi tersebut di antaranya cabai merah besar dan keriting serta harga ayam ras. Dementa menindaklanjuti laporan inflasi kali ini dengan melaksanakan rapat koordinasi daerag (rakorda) tingkat Provinsi Banten.
“Kita akan cari tahu apakah permasalahannya, hampir sama di setiap daerah itu,” kata Dementa, Selasa (07/01/2025).
Dia mengatakan stok untuk komoditas tersebut sudah ada, namun inflasi tetap terjadi. Sehingga kedepannya, rakorda bersama Bank Indonesia Perwakilan Banten akan menentukan langkah-langkah konkret untuk menekan inflasi.
Dalam kesempatan yang sama, ekonom senior Bank Indonesia, Lukman Hakim menjelaskan dalam penanganan inflasi, pihaknya terus memonitor perkembangan harga dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten dan pasar.
“Walaupun Banten itu masuk ke lima besar inflasi di Indonesia, tapi secara pencapaian itu masih di dalam target, targetnya kan 2,5 persen kan, kita 1,88 persen. Jadi secara pencapaian itu masih sesuai target, sehingga itu relatif aman dan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu yang 3,06 persen,” ucapnya. (RZ/TN)