TitikNOL - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta penguatan kolaborasi antar negara dalam menekan pandemi Covid-19 pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN–Amerika Serikat.
Menurut Jokowi, vaksinasi bisa menjadi jurus pamungkas menghadapi pandemi yang telah menghilangkan jutaan nyawa warga dunia.
Hal itu ditegaskan Jokowi saat berpidato secara virtual pada Global Covid-19 Summit yang digelar di Washington DC, Amerika Serikat.
Jokowi mendorong semua negara untuk bekerja sama mengatasi pandemi serta membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat.
“Momentum turunnya jumlah kasus saat ini harus dimanfaatkan untuk meluncurkan pukulan terakhir terhadap Covid-19. Vaksin harus secepatnya menjadi vaksinasi. Kolaborasi kita harus menjembatani tantangan vaksinasi, mulai dari pembiayaan, logistik, dan sumber daya manusia,†ujar Jokowi dikutip dari akun YouTube Sekretariat Presiden.
Jokowi juga menekankan pentingnya setiap negara memberikan perhatian khusus kepada sektor Kesehatan.
Mantan Wali Kota Solo ini menjabarkan tentang tiga hal yang diperlukan untuk membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat.
Pertama, akses kesehatan yang inklusif. Menurutnya, seluruh masyarakat tanpa terkecuali harus memiliki akses terhadap layanan kesehatan dasar.
“Infrastruktur kesehatan dasar harus memadai dan siap menghadapi pandemi. Di tingkat global, setiap negara besar maupun kecil, kaya maupun miskin, harus memiliki akses yang setara terhadap solusi kesehatan,†imbuhnya.
Kedua, Jokowi menyebut tentang pentingnya akses pembiayaan yang memadai dengan mendorong perlunya mekanisme pembiayaan kesehatan baru yang melibatkan negara donor dan bank pembiayaan multilateral karena tidak semua negara memiliki sumber daya untuk memperbaiki infrastruktur kesehatannya.
"Dukungan pembiayaan kesehatan harus dilihat sebagai sebuah investasi dan tanggung jawab bersama mencegah pandemi,†lanjutnya.
Ketiga, pemberdayaan. Jokowi memandang bahwa kapasitas kolektif harus diupayakan dan kerja sama antarnegara menjadi kuncinya.
Menurutnya, kerja sama riset, kerja sama transfer teknologi, dan akses ke bahan mentah harus diperkuat.
“Tidak boleh ada monopoli rantai pasok industri kesehatan. Diversifikasi pusat produksi obat, vaksin, alat diagnostik dan terapeutik harus dilakukan. Dengan kapasitasnya, Indonesia siap menjadi hub produksi dan distribusi vaksin di kawasan,†tutupnya. (TN3)