SERANG, TitikNOL- Jumlah penderita Stunting dan gizi buruk di Kabupaten Serang menjadi akar permasalahan perkembangan anak.
Dalam catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang, hingga kini ada 167 Balita yang menderita gizi buruk. Ironinya lagi, kasus stunting pada tahun 2019 tercatat sampai 21.500 balita.
Kasie Gizi Masyarakat Dinkes Kabupaten Serang Puji Kuntarso mengatakan, dari ribuan balita penderita stunting dan gizi buruk dipicu oleh pola asuh orang tua terhadap anak yang asal-asalan.
Mayoritas kasus yang ditemui saat di lapangan, kata Puji, anak menjadi terbengkalai akibat kisah perceraian. Sehingga, anak menjadi korban dan sering dititipkan bahkan diasuh oleh sanak saudaranya.
"Faktornya banyak, pola makan, ekonomi, penyakit penyerta, yang paling banyak akibat pola asuh. Anak itu tidak diasuh orangtua nya karena kerja atau cerai. Sehingga dititipkan pada neneknya gitu," katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu, (2/10/2019).
Puji menyebutkan, dari 167 kasus penderita gizi buruk didominasi oleh perempuan. Menurutnya, penderita gizi buruk biasanya ditunjang oleh penyakit lain. Sehingga, anak menjadi kehilangan nafsu buat makan.
"Ada yang ditunjang penyakit lain, penyakit paru2 atau TBC, pernafasan, cacingan dan ada juga yang murni gizi buruk. Lebih banyak perempuan penderitanya," ungkapnya.
Untuk mengantisipasi meningkatnya angka gizi buruk an stunting, Puji mengaku telah membuat lokus stunting dan akan menggelar program wong Serang cegah stunting pada tahun depan.
"Kesehatan itu ada 5 macam, kayak karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Kedepannya akan ada lokus stanting, pemerintah pusat akan menghibahkan banyak untuk stanting sektor dari pendidikan, aparatur desa," tukasnya. (Son/Tn1)