Sabtu, 23 November 2024

Bukan Karena Belajar Daring, Ini Penyebab Siswi SMAN 2 Kabupaten Tangerang Meninggal

Ilustrasi. (Dok: Liputan6)
Ilustrasi. (Dok: Liputan6)

TANGERANG, TitikNOL – Meninggalnya siswi SMAN 2 Kabupaten Tangerang menimbulkan banyak persepsi dan multi tafsir di publik. Awalnya, beredar informasi faktor meninggalnya siswi kelas 12 itu lantaran depresi menjalani sistem belajar daring.

Hal itu diungkapkan oleh Komisioner Komisi Pelindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti dalam rilis yang diterima TitikNOL, yang menyatakan bahwa salah seorang siswi SMAN di Kabupaten Tangerang meninggal dunia diduga akibat depresi dengan pembelajaran jarak jauh atau daring.

Menurutnya, sebelum meninggal dunia siswi berjenis kelamin perempuan itu sempat dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Tangerang dan pada akhirnya dirujuk ke RSJ Grogol (Jakarta Barat).

Ia menyebutkan, berdasarkan penuturan ayahnya, selama pandemi Covid-19 putrinya disibukan dengan tugas-tugas sekolah secara online. Waktu anaknya tersita dengan pola belajar online. Sehingga, keluarganya saat itu menduga perginya ST disebabkan depresi oleh banyaknya tugas dari belajar daring

“Jika keterangan yang diberikan orangtua terkait depresi sang anak karena PJJ daring valid dan benar,” katanya.

Ia menerangkan, kasus kematian siswa akibat depresi yang disebabkan metode belajar daring mencapai 4 orang. Mayoritas siswa kewalahan dengan banyaknya tugas setiap mata pelajaran. Hal itu tentu menjadi beban bagi para siswa.

“Dengan ini, kematian anak selama PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) di masa Pandemi sudah mencapai 4 anak. Yaitu, siswi SDN (8 tahun) yang tewas karena kerap dianiaya orangtuanya karena sulit diajarkan PJJ daring, siswi SMAN di Gowa (Sulsel) dan siswa MTs di Tarakan (Kalimantan Utara) yang bunuh diri karena diduga depresi akibat PJJ. Meskipun faktor bunuh diri seorang anak tidak pernah tunggal,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 2 Kabupaten Tangerang Cucu Waryamah, menolak keras atas kabar sebab meninggal muridnya itu karena depresi. Pihaknya menjelaskan, bahwa almarhum selama ini memiliki riwayat penyakit yang diderita. Ia juga mengaku telah menjelaskan hal ini kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten melalui surat.

”Almarhumah memiliki riwayat penyakit sejak diterima menjadi peserta didik di sekolah ini,” ungkapnya, Kamis (19/11/2020).

Menurut Cucu, almarhumah dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki prestasi akademik. Sehingga, pihak sekolah merasa kehilangan salah satu peserta didik terbaik atas wafatnya TS. Selain itu, almarhum juga dikenal dengan sifat periang dan pandai bergaul.

”Alamrahumah selama ini adalah anak yang cerdas dan berprestasi di sekolah. Sehingga kami berpendapat almarhumah meninggal dunia bukan karena beratnya tugas belajar daring,” tegasnya.

Atas kondisi itu, Cucu sangat menyesalkan beredarnya informasi yang simpang siur terkait penyebab meninggalnya salah seorang pesera didiknya itu.

”Bapak almarhumah datang ke sekolah dan ngobrol dengan bagian kesiswaan. Beliau cerita asal mula almarhumah murung sampai depresi itu disebabkan oleh kalimat seorang guru ngajinya yang mengatakan, bahwa nama almarhumah itu artinya adalah gurun atau tanah lapang dan diartikan tanah lapang tempat berbuat dosa. Sehingga almarhumah pulang dengan wajah murung dan menangis, karena merasa namanya jelek dan minta ke bapaknya untuk mengganti nama almarhumah, sampai almarhumah depresi memikirkan perkataan guru ngajinya. Karena merasa tercemar, jelek dan malu,” ungkap Cucu menirukan keterangan bagian kesiswaan SMAN 2 Kabupaten Tangerang.

Senada dengan ayah TS, Suryandi. Pihaknya menbantah jika putrinya meningal dunia akibat depresi beratnya tugas sekolah dalam pembelajaran daring.

”Jadi putri saya meninggal dunia bukan karena beratnya tugas dalam belajar daring,” ucapnya.
Warga Kampung Cinampak, Desa Mauk Barat ini menyatakan, putrinya meninggal dunia kerana sakit typus, bukan karena depresi belajar online.

”Putri saya meninggal bukan karena beratnya tugas belajar daring. Namun karena penyakit typus,” tuturnya.

Di sisi lain, Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Dindikbud Banten wilyah Kabupaten Tangerang Mohamad Bayuni, mengaku terkejut mendengar salah seorang peserta didik di salah satu SMAN di wilayah kerjanya disebut meninggal dunia akibat depresi.

”Saya langsung melayat ke kediaman almarhumah dan mendapatkan cerita dari keluarganya, bahwa almarhumah meninggal bukan karena depresi akibat belajar daring, namun karena sebab lain. Yaitu, karena adanya riwayat penyakit,” tukasnya. (Son/TN1)

Komentar