SERANG, TitikNOL – Puluhan Mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), menggelar aksi demontrasi di depan Gedung DPRD Provinsi Banten.
Dalam rangkaian aksinya, para mahasiswa membawa keranda mayat sebagai simbol matinya pembelaan dari wakil rakyat dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Banten dan melakukan aksi tomat busuk ke depan gedung DPRD Banten.
Hal itu dikarenakan, partai Inisiator interpelasi Gubernur Banten Wahidin Halim terkait kisruh pemindahan rekening kas umum daerah (RKUD) serta Merger Bank Banten, sepakat menunda sementara atau ditangguhkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan (moratorium).
"Mari sama-sama menyelamatkan Bank Banten yang hari ini tidak baik-baik saja kawan-kawan. Tapi mengapa Gubernur memindahkan RKUD di tengah pandemi? Ditambah DRPD telah sepakat hak interpelasi ditangguhkan. Ini ada apa?," kata salah satu massa aksi, Ari Opanda, Jumat (26/06/2020).
Ari menduga, lemahnya penggunaan hak interpelasi oleh anggota DPRD karena ada kucuran beras dari CSR beras dari Bank Jabar Banten (BJB). Hal itu merupakan tindakan yang miris, mengingat Banten merupakan daerah yang religius tapi pimpinan rakyat dapat disumpal oleh beras.
"Legislasi yang buta fungsi mungkin dibutakan oleh pemimpin oligarki. Kami dikejutkan dengan penghentian Interplasi, apakah ini ada hubungannya dengan pemberian beras dari CSR kawan-kawan," terangnya.
Ia menyayangkan, tidak ada langkah serius dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat untuk mencapai kesejahteraannya.
"Tepuk tangan untuk DPRD yang meriah Kawan-kawan sebagai simbol bingkainya wakil rakyat yang tunduk terhadap koloni oligarki," tegasnya.
Dalam aksinya, para mahasiswa menuntut Dewan harus meminta Gubernur memberikan alasan Merger Bank Banten di tengah pandemi, melalui hak interpelasinya dan fraksi-fraksi DPRD harus mengawal penyehatan Bank Banten. (Son/TN1)