PANDEGLANG, TitikNOL - Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menyampaikan tantangan dan hambatan dalam penggunaan kamera jebak, untuk mendapatkan data satwa yang ada.
Kepala Balai TNUK Ardi Andono mengatakan pihaknya masih dalam sesi sharing pengalaman dalam penggunaan kamera jebak monitoring Satwa Liar di Kantor Pengelola JRSCA, Legon Pakis yang sudah berlangsung pada 3 sampai 5 Februari 2024.
“Kualitas hasil analisis data sangat bergantung pada keberhasilan pengambilan data di lapangan. Pada badak jawa yang memiliki nilai sangat luar biasa dan wajib dijaga kelestariannya, maka pemasangan/penggunaan kamera jebak menjadi faktor penentu keberhasilan pengambilan data dilapangan,†kata Ardi dalam siaran persnya.
Sebagai bentuk kepedulian petugas dilapangan atas upaya keberhasilan pengambilan data, lanjut Ardi, dilakukan sesi diskusi, dan dari hasil diskusi tersebut diketahui bahwa penggunaan kamera jebak memiliki tantangan dan hambatan yang harus diantisipasi oleh tim monitoring.
Dan itu kata Ardi, terbagi dalam dua faktor : pertama faktor teknis dan kedua faktor alam. Yang menjadi perhatian utama dari faktor teknis adalah kemampuan personil terhadap perlakuan kamera jebak yaitu ketepatan dalam pengaturan (umum dan khusus) unit kamera, dan penentuan lokasi pemasangan kamera dengan mempertimbangkan wilayah aktivitas satwa (tidak menganggu namun dapat data).
“Selain itu, angle kamera jebak yang dipasang harus disesuaikan dengan perubahan perilaku Badak Jawa.†Lanjutnya.
Ardi juga mengatakan adapun faktor alam yang berpeluang mempengaruhi antara lain: air hujan berdampak pada korsleting, lokasi lembab penyebab memuainya baterai, dan gigitan satwa pengerat atau mungkin sebagai sarang semut berdampak pada rusaknya bagian-bagian kamera.
“Sebagai kasus, pernah terjadi kamera jebak yang digigiti tikus dan bajing, dampaknya adalah kerusakan pada bagian sensor. Bantu doa ya sob, agar kamera jebak tetap lancar mendapatkan data,†pungkasnya. (TN)