Jum`at, 22 November 2024

Latansa Mashiro Sebut Mahasiswa yang Demo Rektorat Bermasalah

Aksi unjukrasa mahasiswa yang tergabung di Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) La Tansa Mashiro di depan pintu gerbang Kampus La Tansa Mashiro di Jalan Soekarno-Hatta, Pasir Jati Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. (Foto: TitikNOL)
Aksi unjukrasa mahasiswa yang tergabung di Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) La Tansa Mashiro di depan pintu gerbang Kampus La Tansa Mashiro di Jalan Soekarno-Hatta, Pasir Jati Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. (Foto: TitikNOL)

LEBAK, TitikNOL - Pihak kampus Latansa Mashiro angkat bicara, terkait adanya aksi unjukrasa dari mahasiswanya yang digelar di depan rektorat, Kamis (9/7/2020) kemarin.

Dini Arifian, Wakil Bidang Kemahasiswaan STIE Latansa Mashiro menjelaskan, bahwa mahasiswa yang melakukan aksi unjukrasa kemarin hanya minoritas. Bahkan Dini menuding jika sebagian yang aksi berasal dari luar kampus.

"Sebagian kecil atau beberapa orang saja (yang demo, red), paling hanya 30 orang. Cuma rata - rata sebagian dari mereka anaknya bermasalah dan beberapa orang dari anak luar," ujar Dini Arifian kepada awak media.

Baca juga: Tagih Janji Rektorat, Mahasiswa Latansa Mashiro Demo Kampus

Menurutnya, dua minggu lalu pendemo audiensi dengan perwakilan 20 orang. Diakui Dini, pihaknya sudah berikan pemahaman dan sudah ada pemotongan Rp100 ribu dari 2 juta uang semester, namun perwakilan mintanya 20 persen.

"Tapi kita kasih pemahaman ke mereka, kalau pembayarannya di awal lunas semua gampang kita. Sementara masih pada nunggak, yang nyicil tapi masih kita kasih, enggak pernah kita engga ngasih," terang Dini.

Kata Dini, gerakan aksi mahasiswa di Banten di dalam kampus ini berawal dari adanya kebijakan Permendikbud nomor 25 tahun 2020 tentang keringanan uang kuliah tunggal.

"Tapi itu untuk negeri yang dari APBN, kalau swasta diserahkan kepada kampus masing masing. Sebenarnya kita sudah siapkan tempat untuk audiensi, ayo bareng - bareng tapi mungkin mereka belum paham malah ingin di luar saja ya enggak bisalah. Kita juga ada aturan main, kalau mereka bayarnya di awal semua kita mudah. Misalkan ada pemasukan mereka ada Rp1juta gampang kita potongnya 20 persen gampang kan. Sementara baru masuk Rp500 ribu masa mau dipotong 20 persen juga, bagaimana buat menggaji dan buat operasional enggak cukuplah," tukas Dini Arifian. (Zal/TN1)

Komentar