Sabtu, 27 Juli 2024

Pengelolaan Sampah Jadi Energi Listrik di TPSA Cilegon Jadi Proyek Percontohan Nasional

Proses pengelolaan sampah menjadi energi listrik di TPSA Bagendung , Cilegon. (Foto: TitikNOL)
Proses pengelolaan sampah menjadi energi listrik di TPSA Bagendung , Cilegon. (Foto: TitikNOL)

CILEGON, TitikNOL - Sebanyak 52 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di seluruh Indonesia diminta segera menjalankan program cofiring demi kurangi emisi karbon dengan menjadikan sampah jadi energi listrik. Program cofiring itu mencampurkan sampah dengan batu bara sebagai bahan bakar listrik.

Pemanfaatan sampah menjadi energi listrik disebut bakal mengurangi emisi karbon yang yang dihasilkan dari pembakaran batu bara. Pemerintah menargetkan zero carbon pada 2025 mendatang.

"PLN siap untuk melakukan progran yang sama di 52 PLTU yang ada di seluruh Indonesia. Jadi kami sudah melakukan sosialisasi," kata Direktur Mega Proyek PT PLN, Wiluyo Kusdwiharto kepada wartawan di Cilegon, Rabu (1/12/2021).

Dia mengatakan, saat ini PLN melalui PT Indonesia Power sedang menguji coba sampah di TPSA Bagendung, Kota Cilegon untuk dijadikan bahan campuran batu bara di PLTU Suralaya.

"Untuk program cofiring salah satu programnya itu memanfaatkan sampah untuk mengganti sebagian batu bara kita. Dari sisi emisi sangat bagus karena disambungkan dengan emisi karbon karena pemerintah punya target zero carbon tahun 2025 dan program cofiring ini adalah salah satu cara untuk menurunkan karbon," ujarnya.

Setelah di Kota Cilegon, PLN bakal menggarap proyek percontohan yang dilakukan di Muara Enim, Sumatera Selatan.

"Tahap berikutnya kami sudah ngomong dengan PT Bukit Asam untuk segera diluncurkan juga di Muara Enim dan diluncurkan juga di daerah-daerah lain," katanya.

Sementara itu , Wali Kota Cilegon Helldy Agustian mengatakan, proyek percontohan cofiring sampah jadi energi listrik ini ditarget produksi massal sebelum September 2022.

"Segera mungkin tahun depan kita akan realisasikan, intinya sebelum September 2022 harus terealisasi dan nanti mudah-mudahan bisa ter-publish secara internasional nanti di Bali," tururnya.

Kebutuhan cofiring sampah yang dijadikan bahan bakar jumput padat 400 ton per hari untuk kebutuhan PLTU Suralaya. Sementara, produksi dari proyek percontohan cofiring ini baru 40 ton per hari.

Helldy berharap industri di Cilegon yang memakai bahan batu bara bisa menyerap sampah dari TPSA Bagendung.

"Harapannya nanti industri lain bisa memanfaatkan ini, kita bisa sama-sama mengurangi sampah yang menumpuk di Cilegon dan bisa mengurangi emisi karbon," ungkapnya. (Ardi/TN)

Komentar