TitikNOL - Meluangkan waktu 30 menit dalam sehari untuk membaca buku ternyata dapat membuat Anda lebih panjang umur.
Kesimpulan ini didapat para periset di Yale University. Demikian dikutip Washington Post.
Periset menyurvei 3.635 orang berusia di atas 50 tahun. Mereka ditanya seputar kondisi kesehatan dan kebiasaan membaca.
Ternyata para kutu buku terbukti memiliki kemungkinan meninggal 20 persen lebih rendah dalam 12 tahun ke depan. Bahkan setelah periset mengendalikan faktor seperti jenis kelamin, pendidikan, dan kemampuan kognitif.
Hasil riset Yale University ini dipublikasikan dalam jurnal Social Science & Medicine edisi September. Lewat riset, mereka ingin melihat bagaimana membaca buku dan majalah dapat memengaruhi umur panjang.
Para periset juga mencatat bahwa membaca berbeda dengan perilaku tak banyak gerak lain, misal menonton televisi. Jika perilaku semacam itu terbukti meningkatkan risiko kematian, periset justru menemukan bahwa membaca mengurangi risiko kematian, bahkan sama sekali tidak memengaruhinya.
Riset sebelumnya juga menggabungkan berbagai jenis bacaan, dan tidak menjelaskan mengapa tepatnya membaca itu menguntungkan. Jadi para periset di Yale mengajukan hipotesis baru.
"Karena buku cenderung menyuguhkan tema dan karakter dengan lebih dalam dan panjang, maka kami berspekulasi buku lebih melibatkan pikiran pembaca lebih dari koran dan majalah. Ini mengarah pada manfaat kognitif yang mendorong efek membaca pada umur panjang," demikian tertulis dalam penelitian.
Hipotesis tersebut terbukti benar.
Saat dibandingkan dengan orang yang sama sekali tak membaca, mereka yang membaca buku sampai tiga setengah jam per pekan, punya kecenderungan 17 persen lebih sedikit untuk meninggal selama riset berlangsung. Terlebih lagi mereka yang membaca lebih sering dari itu. Risikonya bisa berkurang hingga 23 persen.
Para pembaca majalah juga dapat merasakan manfaat membaca. Mereka punya 11 persen kemungkinan meninggal yang lebih kecil, hanya jika mereka membaca lebih dari 7 jam dalam sepekan.
Pada saat riset dimulai, seluruh partisipan berusia di atas 50 tahun. Mereka terdiri dari berbagai lapisan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan relasi. Untuk membantu memastikan bahwa membaca memengaruhi panjangnya usia, para periset mengendalikan banyak dari faktor-faktor tersebut.
Avni Bavishi, Martin D. Slade, dan Becca R. Levy juga ingin memastikan bahwa pembaca buku tak lebih panjang umur hanya karena mereka lebih pintar. Jadi para periset memberi tes kognisi di awal riset, dan tiga tahun setelahnya. Hasilnya tetap sama.
Hal lain yang juga terbukti adalah bahwa membaca punya efek positif pada kekuatan otak dalam tiga tahun pertama. Ini menunjukkan lebih jauh bahwa keuntungan kelangsungan hidup adalah karena sifat mendalam yang membantu mempertahankan status kognitif. Demikian ditulis para periset.
Secara rata-rata, pembaca buku hidup 23 bulan lebih lama daripada mereka yang tidak membaca buku. Fakta bahwa temuan ini berlaku bagi berbagai tipe pembaca buku menyatakan hasilnya mungkin memiliki implikasi yang luas.
Dalam kesimpulannya, para periset menyoroti fakta bahwa orang dewasa berusia lebih dari 65 tahun menghabiskan empat sampai empat setengah jam sehari menonton televisi. Mengalihkan aktivitas pada membaca dapat membuat mereka hidup lebih lama.
Bagi mereka yang lebih sering membaca koran dan majalah, menyelinginya dengan buku--bahkan sesekali saja--dapat berdampak baik.
Sumber: www.beritagar.id