Konsistensi 'SLANK' Selama Puluhan Tahun

Grup Band Slank. (Dok:net)
Grup Band Slank. (Dok:net)

TitikNOL - Bendera Slank  menjadi barang wajib yang ada di setiap konser Slank. Setiap kali menggelar konser di panggung terbuka, puluhan bendera Slank selalu  terlihat berkibar.

Tak hanya di konser Slank, di mana pun dan apa pun konsernya, bahkan konser dangdut sekali pun bendera Slank pasti tak pernah absen hadir.                                        

Bendera-bendera itu seolah menjadi bukti begitu mengakarnya Slank dalam kehidupan bermusik di Indonesia. Di sisi lain, kehadiran bendera itu juga pertanda, Slank punya penggemar dalam jumlah besar  dan tersebar di seluruh penjuru negeri.

Faktanya Slankers, penggemar Slank,  memang banyak, barangkali mencapai jutaan. Jumlah penggemar band ini seolah tak berkurang karena setiap  generasi  pasti melahirkan generasi penggemar baru. Dalam sejarah industri musik di negeri ini, mungkin hanya Slank, kelompok musik yang mempunyai jutaan penggemar fanatik.                 

Slank mulai menancapkan pengaruhnya setelah merilis album perdana Suit-Suit…He.. He.. Gadis Sexy pada 1990. Muncul di tengah dominasi album berlanggam pop dan kepungan penyanyi solo, Slank mencuri perhatian penikmat musik, terutama mereka yang menyukai langgam rock.

Setelah album debutnya, Slank terus memperkuat posisinya dalam konstelasi musik lokal lewat Kampungan (1991), Piss (1993), Generasi Biru (1994), dan Minoritas (1996). Dalam perjalanannya, band ini mengalami berbagai pergantian personel, tapi hal itu tak berpengaruh banyak terhadap eksistensi band ini. Kini, hampir 26 tahun sejak merilis album perdananya, Slank tetap berstatus sebagai band elit Tanah Air.        

Eksistensi band yang kini beranggotakan Bimbim (drum), Kaka (vokal), Abdee (gitar), Ridho (gitar) dan Ivanka (bas) ini tak lepas dari konsistensi mereka selama puluhan tahun.

Band ini rajin merilis album. Tercatat mereka punya 20 album studio. Jumlah itu bisa membengkak bila ditambah album soundtrack, mini album, dan juga album internasional. Selama puluhan tahun, mereka juga tak mengubah  gaya bermusiknya.

“Slank punya karakter yang orisinil.  Itu sebabnya Slank tak pernah dibanding-bandingkan dengan band lain. Ketika Padi muncul banyak yang menyebut mereka mirip U2,” kata pengamat musik Bens Leo.

Konsistensi lain, mereka tak pernah lelah menyuarakan lagu berisi kritikan sosial. Band ini begitu dicintai penggemarnya karena dianggap memperjuangkan atau menyuarakan nasib atau uneg-uneg penggemarnya, terutama mereka yang merasa terpinggirkan.

Di mata penggemarnya sendiri, Slank bukan sebatas idola, tapi juga panutan. Namanya juga panutan, semua tingkah laku personel Slank menjadi acuan penggemar.

Terkadang hal ekstrem terjadi. “Saya pernah melihat ada penggemar Slank yang berbicara dengan gaya bicara seperti Bimbim. Karena itu, sempat banyak yang cemas ketika Slank terlibat dalam penggunaan obat-obatan terlarang. Untunglah sejak tahun 1997 mereka memutuskan berhenti,” sambung Bens.

 

 

 

 

Sumber: www.tabloidbintang.com

TAG slank
Komentar