TitikNOL - APENDISITIS atau usus buntu adalah peradangan dari bagian usus yang disebut dengan apendiks vermiformis dan merupakan penyebab gangguan abdomen akut.
Apendisitis diklasifikasikan menjadi dua bagian yakni apendisitis akutdan apendisitis kronis. Apendisitis akut, terdiri dari apendisitis akut fokal yaitu obstruksi lumen yang terjadi mendukung perkembangan bakteri dan sekresi mukus sehingga menyebabkan distensi dan tekanan dinding lumen. Tekanan yang meningkat akan menghambat aliran limfe sehingga menimbulkan edema,diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa, yang ditandai oleh nyeri periumbilikal.
Adapula apendisitis supuratif akut yaitu sekresi mukus yang berlanjut dan tekanan yang terus meningkat menyebabkan obstruksi vena, peningkatan edema, dan pertumbuhan bakteri yang menimbulkan radang. Peradangan yang meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga timbul nyeri didaerah kanan bawah.
Sementara jenis lainnya dari apendisitis akut yakni apendisitis akut gangrenosa (AAG) yang terjadi bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi infrak dan ganggren. Pada AAG didapatkan tanda supuratif, apendiks mengalami gangren(berwana ungua atau merah kehitaman). TErakhir dari apendisitis adalah apendisitis perforasi yang merupakan lanjutan dari apendisitis akut gangrenosa yang bila rapuh dan pecah menjadi apendisitis perforasi.
Sementara untuk klasififikasi apendisitis kronis adalah merupakan lanjutan apendisitis akut supuratif sebagai proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa appendicitis kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik appendiks secara makroskopik dan mikroskopik.
Keluhan apendisitis dimulai dari nyeri diperiumbilikus dan muntah karena rangsangan peritoneum viseral. Dalam waktu 2-12 jam seiring dengan iritasi peritoneal, nyeri perut akan berpindah ke kuadran kanan bawah yang menetap dan diperberat dengan batuk atau berjalan.
Nyeri akan semakin progresif dan dengan pemeriksaan akan menunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Gejala lain yang ditemukan adalah anoreksia, malaise, demam tidak terlalu tinggi, konstipasi, diare, mual, dan muntah.
Penanganan pada kasus apensitis ada Pre-operatif berupa observasi ketat, tirah baring, dan puasa. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah diulang secara periodik. Antibiotik intravena spektrum luas dan analgesik dapat diberikan. Pada perforasi apendiks perlu diberikan resusitasi cairan sebelum operasi.
Penanganan yang kedua adalah operatif. Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang apendiks (apendektomi). Penundaan apendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Selain apendektomi dapat dilakukan laparoskopi apendektomi yaitu teknik operasi dengan luka dan kemungkinan infeksi lebih kecil.
Sumber: inilah.com