TitikNOL - Berawal dari hobi masak, Ananda Putri Zulkaranaen (14) siswi SMP Madania, Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, berhasil mengembangkan buah pare menjadi cemilan kerupuk yang renyah tanpa rasa pahit.
Hasil kreatifitas siswi kelas IX tersebut dipamerkan dalam ajang "Student of the years' Festival Madania yang diselenggarakan oleh Sekolah Madania, Parung, Sabtu (4/2/2017).
"Idenya dari aku sendiri, karena ada tugas sekolah untuk membuat 'project' yang harus dipresentasikan sebelum ujian sekolah," kata Ananda.
Ananda membuat sendiri keripik pare tersebut, dengan melakukan eksperimen dan penelitian agar pare bisa menjadi keripik yang enak untuk dinikmati sehari-hari.
"Banyak yang suka pare karena rasa pahitnya, dan pare punya khasiat anti kanker juga. Tapi saya tidak suka pare, tertantang supaya bisa mencicipinya tanpa rasa pahit," katanya.
Ia menceritakan ide awal munculnya keripik pare, selain karena hobi masak juga belajar dari kerupuk emping yang juga pahit tetapi setelah dijadikan kerupuk rasa pahit pada emping hilang.
Selama enam minggu atau dua bulan, Ananda melakukan percobaan, mencari cara menghilangkan rasa pahit dari pare, sebelum diolah menjadi kerupuk krispi yang gurih dan renyah.
"Saya riset sendiri, selain bertanya dengan guru dan mama, juga bikin percobaan dengan sampel dari teman-teman sekolah," katanya.
Untuk menghilangkan rasa pahit pada pare, Ananda berhasil menemukan formula tersendiri yang didapat dari ibunya, yakni merendam pare dengan air garam, lalu merendam kembali dengan kapur sirih.
"Setelah direndam, lalu direbus, setelah itu baru dikeringkan," katanya.
Irisan daging pare yang sudah hilang rasa pahitnya lalu digoreng menggunakan tepung. Tepung yang ia gunakan juga diolah sendiri, tidak menggunakan tepung olahan yang sudah ada di pasar.
Tepung goreng yang digunakan Ananda berasal dari campuran tepung terigu yang dicampur bumbu masak seperti merica, garam dan bawang, lalu dicampur tepung roti untuk menciptakan rasa krispy pada keripik pare.
Ananda juga berkreasi dengan menciptakan tiga rasa keripik pare yang dicampur dengan bumbu perasa yakni keju, pedas manis dan original.
"Kalau rasa saya tentukan sendiri berdasarkan selera, karena banyak yang suka keju, serta pedas manis. Kalau original untuk mempertahankan rasa aslinya," kata Ananda.
Ananda berencana, untuk menjadi 'pengusaha' dengan memasarkan keripik Pare ciptaannya dengan harga berkisar antara Rp10 ribu sampai Rp12 ribu dengan kemasan yang menarik. Ia juga sudah mendapat banyak pesanan dari teman-teman sekolah, dan juga kerabat yang tau tentang keripik pare miliknya.
"Sudah ada yang pesan, saya juga kebingungan belum bisa bikin, karena harus menyelesaikan tugas sekolah dulu," katanya.
Menurut Ananda, jika keripik parenya laku di pasaran dan dapat disukai banyak orang, sebagian dari keuntungan penjualan akan ia donasikan untuk kegiatan amal di sekolahnya.
Rina Santi, guru pembimbing Studen of Year Sekolah Madania mengatakan, setiap akhir tahun ajaran baru, seluruh siswa diwajibkan menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk membuat perencanaan kerja yang disesuaikan dengan minatnya masing-masing.
Kegiatan tersebut, lanjutnya bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa untuk melakukan sebuah penelitian, mengolah dana, menyajikannya dalam bentuk karya serta mempresentasikannya kepada orang-orang.
"Student of the years ini mengasah kemampuan siswa untuk melakukan penelitian, mengolah data, survei ke lapangan, dan berkomunikasi. Manfaat kegiatan ini selain sebagai penilaian di sekolah, juga mendidik anak menjadi pengusaha muda," katanya.
Sumber: www.suara.com