TitikNOL - Teori konspirasi yang banyak berkeliaran memaksa YouTube mengambil langkah drastis. Sebagai jalan keluar, anak perusahaan Google itu bakal menampilkan kotak teks dari Wikipedia di setiap video teori konspirasi.
Rencananya, kotak teks dari Wikipedia di setiap video bernada konspirasi itu akan jadi rujukan informasi tambahan bagi audiens. Tujuannya tak lain agar audiens mereka tak mentah-mentah menelan informasi dari video yang mereka tonton.
Perubahan ini disampaikan oleh CEO YouTube, Susan Wojcicki, dalam ajang South by Southwest (SXSW).
Gagasan tersebut mendapat pujian. Whitney Phillips, profesor di Mercer University, mengakui langkah yang diambil YouTube sudah tepat.
"Mencari cara melawan teori konspirasi dan manipulasi media ini penting dan saya memuji YouTube menyadari masalah ini," ucap Phillips seperti dikutip dari CNN, Rabu (14/3).
Namun ada celah dari gagasan YouTube itu. Phillips menilai artikel Wikipedia tak cukup kuat dijadikan rujukan untuk melawan teori konspirasi. Profesor yang mempelajari kultur digital dan perundungan daring itu khawatir laman Wikipedia yang dipakai justru sudah disunting oleh para penggemar teori konspirasi.
Seperti diketahui, Wikipedia adalah wadah berbagi informasi yang bebas dipakai, disunting, dan diunggah oleh siapa pun.
"Saya tidak yakin proses penyuntingan dan moderasi di Wikipedia terbebas dari upaya manipulasi yang terencana dan tersasar," imbuh Phillips.
Sementara itu, Wikipedia yang hendak digandeng oleh YouTube justru menyanggah punya rencana kerja sama. Melalui akun resmi Wikimedia, yayasan yang menaungi Wikipedia, mereka menulis pernyataan resmi.
"Baik Wikipedia atau Wikimedia Foundation tidak menjalin kemitraan resmi dengan YouTube."
YouTube berdalih penggunaan lama Wikipedia di video mereka memang bukan kerja sama resmi dan hanya bagian dari usaha mereka yang lebih besar dalam memberantas hoaks.
Bila dibandingkan Facebook, upaya yang diambil oleh YouTube ini tergolong ringan dalam melawan hoaks dan teori konspirasi. Facebook sudah lama mengumumkan kerja samanya dengan lembaga pemeriksa fakta untuk mengecek keabsahan informasi yang beredar.
Kendati demikian cara yang diambil YouTube dianggap ada baiknya ketimbang Facebook. Rob Brotherton, profesor psikologi dari Barnard College, menilai pendekatan YouTube yang lebih ringan ini justru bisa menjangkau lebih banyak orang daripada langkah drastis yang dipakai Facebook.
"Pendekatan Facebook mengundang spekulasi dari orang-orang yang mempertanyakan narasi arus utama, dan pemeriksa fakta tak bisa lepas dari tuduhan bias," ujar Brotherton.
Aksi YouTube ini bagian dari usaha mereka mendiskreditkan hoaks. Pasalnya, YouTube tergolong platform yang punya banyak konten hoaks di dalamnya. Kritik pun berdatangan atas keadaan tersebut.
Seluruh wacana ini mengemuka sejak kasus penembakan di sekolah Florida, AS, beberapa waktu lalu. Tak lama insiden itu diketahui publik, berkembang teori konspirasi mengenai David Hogg yang selamat dari penembakan massal itu.
Teori konspirasi itu menuduh Hogg justru dalang dari penembakan massal. Teori ini begitu populer sampai jadi topik populer di YouTube.
Berita ini telah tayang di cnnindonesia, dengan judul: Tekan Hoaks, YouTube Akan Tempel Laman Wikipedia