Aksi Refleksi Peristiwa Malari Ricuh, Empat Mahasiswa Diamankan Polisi

Anggota polisi saat mengamankan mahasiswa dalam aksi peristiwa Malari yang berakhir ricuh. (Foto: TitikNOL)
Anggota polisi saat mengamankan mahasiswa dalam aksi peristiwa Malari yang berakhir ricuh. (Foto: TitikNOL)

SERANG, TitikNOL - Aksi unjuk rasa mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Soedirman 30 peringati peristiwa Malapetaka Limabelas Januari (Malari) 1974, yang dilakukan di jalan Jendral Sudirman, Ciceri, depan Kampus UIN SMH Banten, Kota Serang, Senin, (15/1/2018) berujung ricuh.

Empat mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanudin (SMH) Banten ini diamankan polisi, lantaran dianggap sebagai pemicu kericuhan.

Kericuhan bermula, saat belasan mahasiswa melakukan aksi tutup mulut dalam memperingati refleksi Malari. Tidak lama setelah melakukan aksinya, para mahasiswa pun mulai membakar ban di pinggir jalan.

Petugas kepolisian yang mengawal jalannya aksi unjuk rasa sontak membubarkan massa aksi.

Aksi kejar-kejaran mahasiswa dengan polisi pun terjadi. Empat mahasiswa akhirnya berhasil diamankan petugas.

"Tindakan yang dilakukan polisi ini menyalahi demokrasi," teriak salah satu mahasiswa ketika diciduk polisi.

Perlu diketahui, Malari adalah peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974. Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974).

Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara.

Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Grahake pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, disertai demonstrasi dan kerusuhan. (Gat/red)

Komentar