Minggu, 24 November 2024

Akibat Film Produksinya Tidak Laku, Tora Sudiro Alami Kerugian Lebih Dari Rp 1 Miliar

Tora Sudiro. (Dok: Beritatrendteknologi)
Tora Sudiro. (Dok: Beritatrendteknologi)

TitikNOL- 2016, tahun yang dramatis bagi Tora Sudiro. Penuh warna dengan gradasi yang kontras. Sepanjang tahun ini, bintang film Quickie Express dan Arisan! itu merasakan musim paceklik hingga musim cerah dalam karier. Paceklik yang melindas Tora berawal dari sebuah keberanian. Lebih tepatnya, berani untuk berada di depan sekaligus di belakang layar.

Tahun lalu, Tora berinisiatif menggarap proyek layar lebar The Wedding And Bebek Betutu. Film itu dibintangi para alumni program variety show Extravaganza di Trans TV. Syutingnya di Bandung dan sejumlah daerah di Jawa Barat. Proyek itu menelan dana miliaran rupiah.

Tora menjabat sebagai produser eksekutif. Menjelang perilisan film (8 Oktober 2015), ia kehabisan uang untuk promosi. Tora mengakalinya dengan menerapkan sistem promosi seadanya lewat media sosial.

Selain itu, beberapa alumi Extravaganza (seperti TJ, Tike Priatnakusumah, serta Ronal Surapradja-red) menjadi penyiar radio. Tora minta bantuan mereka untuk sesekali membahas film itu saat siaran. Apa boleh buat, cara tersebut ternyata tak mampu mendongkrak The Wedding And Bebek Betutu. Jumlah penontonnya hanya 90 ribuan. Tora pun mengalami rugi besar.

“Saya rugi satu miliar lebih,” akunya. Tora menduga, selain minim promosi, poster filmnya terlalu nyeni dengan menampilkan sketsa komikal. Alhasil jumlah penonton sepi.

“Hati saya sesak rasanya. Tiga hari pertama, penonton sepi. Jujur, saya kapok bikin film. Banyak teman bilang: Tidak apa-apa. Awalnya memang gagal tapi itu akan menyemangatimu lebih sukses ke depan,” tutur Tora.

Kegagalan itu membuat Tora percaya satu asas kehidupan. Setiap orang telah digariskan di wilayah tertentu untuk mendapatkan rezeki dan pekerjaan. Ia memberi contoh, seorang fotografer memiliki hobi ngeband. Ternyata, karier band itu tidak bersinar sementara karier sebagai fotografer bertahan hingga belasan tahun. Begitu pun dengan Tora.

“Jalur hidup saya memang di depan kamera, bukan di belakang. Saya pernah mencoba dunia periklanan, penghasilan saya segitu-gitu saja. Enggak naik tapi enggak turun. Saya ngeband dengan mendirikan The Cash. Kariernya ya, gitu-gitu aja. Saya memang ditakdirkan di depan kamera,” Tora menyimpulkan.

Masalahnya, kerugian yang ditanggung Tora bukan sekadar materi. Proses produksi film The Wedding and Bebek Betutu butuh waktu setahun. Itulah fase kritis bagi karier Tora.

Sumber: www.bintang.com

Komentar