Rabu, 27 November 2024

Menko PMK Sebut Satu Perlima Rumah Tangga Masih BAB Sembarangan

Menko PMK Muhadjir Effendy, Wamen PUPR Wempi Watipo beserta sejumlah pejabat daerah saat melakukan penaman pohon di Bendungan Sindang Heula dalam rangka memperingati hari air sedunia. (Foto: TitikNOL)
Menko PMK Muhadjir Effendy, Wamen PUPR Wempi Watipo beserta sejumlah pejabat daerah saat melakukan penaman pohon di Bendungan Sindang Heula dalam rangka memperingati hari air sedunia. (Foto: TitikNOL)

SERANG, TitikNOL - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy dan Wakil Menteri PUPR Wempi Watipo, memperingati hari air sedunia dengan cara menanam pohon di Bendungan Sindang Heula, Kabupaten Serang, Senin (22/3/2021).

Dalam sambutannya, Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan, air adalah sumber kehidupan bagi mahluk hidup. Masyarakat wajib memiliki kesadaran tanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Mengingat, air yang telah tercemar oleh buang air besar sembarangan dan limbah, dapat menjadi penyumbang penyakit bagi warga. Terutama balita yang kerap menderita diare dan kolera.

"Buang air besar sembarangan dan air limbah yang diolah telah mengkontaminasi kesediaan air dan menjadi sumber penyebaran penyakit diare juga kolera. Satu dari empat anak balita Indonesia mengalami diare, yang merupakan penyebab utama kematian balita," katanya saat sambutan.

Ia menerangkan, akses terhadap air minum dan pelayanan dasar merupakan prioritas nasional. Sebab, sangat erat kaitannya dengan pembangunan, seperti kesehatan, kemiskinan dan pembangunan manusia pada umumnya.

Pihaknya menilai, masyarakat masih kurang sadar terhadap pentingnya sumber daya air. Upaya percepatan penyediaan air minum dan sanitasi yang aman terus dilakukan dengan mengacu Perpres 185 tahun 2014 tentang percepatan penyediaan air minum dan sanitasi.

"Tantangan yang kita hadapi saat ini bahwa satu dari 3 rumah tangga belum memiliki akses air minum bersih dan satu dari 5 rumah tangga masih buang air besar ruang terbuka dan prilaku cuci tangan dengan benar masih rendah," terangnya.

Menurutnya, kualitas air yang tidak baik berpengaruh pada pertumbuhan anak. Berdasarkan data, angka stunting 40 persen, diatas rata-rata nasional 24,7 persen. Padahal pada tahun 2019, berada di angka 26,7 persen. Sehingga, pihaknya meyakini hubungan sanitasi air, keberadaan lingkungan berkaitan erat dengan pembangunan manusia khususnya dengan kesehatan.

"Intervensi yang kuat seperti pengadaan air minum dan sanitasi layak serta perilaku, dapat 70 persen terhadap pencegahan stunting. Jadi bukan hanya gizi baik, pemberian asupan gizi yang memenuhi standar ibu hamil, ibu melahirkan, tetapi air punya dampak besar," ungkapnya.

Kebijakan dan strategi akan dilakukan secara empat tahap. Pertama, peningkatan tata kelola kelembagaan untuk penyediaan air minum layak dan aman. Kedua, peningkatan kapasitas dpenyelenggara air minum. Ketiga, pengembangan dan pengelolaan penyediaan air minum. Keempat, perubahan prilaku masyarakat serta menyikapi pesumber daya air.

"Yang keempat perlu ditekannkan karena diluar kontrol kita. Perilaku masyarakat kita yang positif masih harus ditingkatkan. karena rata-rata masih rendah," paparnya.

Berdasarkan data tahun 2020, sebanyak 90,31 persen keluarga memiliki akses air minum layak, 26,9 persen rumah tangga memiliki air minum permukaan. Sedangkan target tahun 2024, Indonesia harus mencapai 100 persen akses air minum layak, 15 persen air minum aman, 30 persen air minum permukaan dan 10 juta sambungan air di rumah tangga.

"Sehingga tahun 2030 diharapkan target global yaitu 100, 0 dan 100 yaitu 100 persen layanan airminum, 0 pengurangan kawasan kumuh, 100 persen pemenuhan sanitasi layak bisa betul-betul realisasi," tukasnya. (Son/TN1)

Komentar