TitikNOL - Baterai smartphone biasanya terbuat dari unsur lithium yang merupakan logam padat. Teksturnya lunak, bobotnya ringan, titik lelehnya rendah dan bersifat reaktif. Sisi negatif lithium memiliki masa hidup yang singkat. Ferformanya akan menurun seiring banyaknya pemakaian dan lama-kelamaan bisa merusak elemen lain smartphone. Selain itu pemakaian lithium di baterai juga akan berdampak buruk pada sistem penyimpanan energi. Pasalnya lithium adalah sumber daya yang tidak dapat diperbarui.
Para peneliti di Penn State University sadar betul akan hal ini, sehingga pengembangan alternatif baterai likuid atau cair yang dinamai baterai mengalir alias flow battery. Baterai tersebut intinya menyimpan energi melalui air dan diklaim bisa memiliki masa hidup sampai 10 tahun atau satu dekade.
Trik membuat flow battery adalah memodifikasi molekul yang terpatri dalam elemen penyusun baterai, seperti elektrolit, besi, larut dalam air dan tidak mudah mengalami degradasi. Ketika terlarut dalam air netral, solusi yang dihasilkan tak main-main. Floe battery cuma akan kehilangan 1 persen kapasitasnya setiap 1.000 siklus pemakaian.
Dalam bertahun-tahun akan merasakan ferforma baterai yang sama seperti pertama kali menggunakannya. Selain awet dan tak mengancam keseimbangan energi di bumi. Flow battery juga beresiko rendah. Baterai tak akan bisa meledak karena tak ada elemen yang memunculkan panas dan mengeluarkan ledakan api.
Dari harga flow battery juga disebut-sebutkan lebih mahal dibandingkan dengan baterai yang biasa dipakai. Meski belum ada angka finansial yang disebutkan. Hingga saat ini baterai jenis itu masih terus dikembangkan dan masih belum jelas kapan akan di komersilkan. Teknologi baterai tersebut diharapkan dapat digunakan di masa depan dan menjadi solusi dalam pengganti baterai jenis lithium.
Sumber: www.begawei.com