LEBAK, TitikNOL – Kedatangan Gubernur Banten Rano Karno ke acara Seren Taun 2016 di Desa Adat Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Minggu (28/8/2016), disambut meriah ribuan warga yang memadati acara tersebut sejak Minggu pagi.
Gubernur yang datang bersama rombongan SKPD Pemprov Banten, langsung menuju Bale Ageung (Balai Besar) dan disambut oleh Kasepuhan Cisungsang Abah Usep, serta tokoh Desa Adat Cisungang.
Ritual Seren Taun pun dimulai. Alunan alat musik angklung diiringi tabuhan khas suara tumbukan pemecah bulir padi di lesung serta berderit-derit suara rengkong atau padi hasil panen yang dibawa menggunakan bambu, menyemarakan pembukaan acara Seren Taun.
Gubernur Banten sendiri sudah dua kali menghadiri acara ritual Seren Taun. Dalam kesempatan itu, Gubernur mengatakan jika Seren Taun merupakan salah satu budaya khas Banten yang bisa dijadikan data tarik wisata berkelas.
"Seren Taun Cisungsang adalah kearifan lokal sebagai salah satu jati diri Banten yang harus kita lestarikan,” ucapnya saat memberi sambutan di acara itu.
Menurut Gubernur, budaya adat Banten Kidul merupakan aset yang dimiliki oleh Banten dengan segala kekhasannya. Selain sebagai ritual tahunan, Seren Taun juga menjadi objek pariwisata lokal yang saat ini tengah diajukan ke Kementerian Pariwisata, untuk dinobatkan sebagai warisan tak berbenda, sama dengan beberapa kebudayaan dan kesenian yang sudah tercatat diantaranya seperti Seba Baduy, Debus dan Ubrug.
Oleh karenanya, Gubernur mengungkapkan saat ini pemerintah tengah melakukan perbaikan infrastruktur di Banten Selatan, agar geliat di bidang sektor pariwisata terus menggeliat hingga jembatan menuju kesejahteraan rakyat.
“Kunjungan warga ke acara 'Seren Taun' ini terus meningkat. Bahkan saya kaget jika kunjungan warga atau wisatawan ke acara ini selama tujuh hari mencapai 15.000 orang," kata Gubernur didampingi Sekda Banten Ranta Suharta beserta jajarannya.
“Tahun depan saya instruksikan kepada Sekda agar acara seren taun mendapat sokongan dana pemerintah Rp1 milyar. Semoga tahun depan acara seren taun terus bergema dan lebih besar dan harus masuk dalam kalender nasional pariwisata sama halnya dengan acara seba baduy,” tukasnya.
Di tempat yang sama, Kasepuhan (Ketua Adat) Masyarakat Cisungsang Abah Usep mengatakan, prosesi Seren Taun merupakan syukuran setiap usai panen yang dilaksanakan di Imah Gede Kesepuhan Cisungsang. Ada bawaan padi dari masyarakat, ada rangkaian acara lainnya selama satu minggu.
“Masyarakat yang hadir dipersilakan makan secara gratis, ini bukan acara komersial,” kata Abah Usep.
Abah Usep mengatakan, bahwa tradisi itu sudah berlangsung sekitar 700 tahun lalu dan dijalankan secara turun-temurun setiap tahun. Bahkan, kunjungan warga yang ingin menyaksikan tradisi tersebut setiap tahunnya terus meningkat.
"Dahulu pada saat para tamu yang datang ke acara ini sekitar 1.000 sampai 3.000 orang, kami masih mmapu ngasih makan. Sekarang lebih dari itu, kami keteter. Untuk itu, perlu dicarikan solusinya seperti apa agar kami juga bisa melayani semua tamu yang datang ke sini. Akan tetapi, tidak ingin membebani masyarakat di sini," kata Abah Usep.
Ia mengatakan bahwa tradisi tersebut merupakan bentuk syukur masyarakat Cisungsang atas hasil panen yang mereka peroleh serta sebagai jembatan silaturahmi antara masyaralat Cisungsang dan Pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten Lebak.
Selain itu, kegiatan tersebut juga sebagai sarana rekreasi masyarakat dengan menyuguhkan berbagai hiburan dan kesenian.
“Acara hiburan dikemas oleh para sponsor dan pemerintah daerah. Saya ucapkan terima kasih kepada Disbudpar Banten dan Kabupaten Lebak yang telah membantu mengemas acara ini sehingga lebih menarik dan sukses,” pungkasnya. (red)