SERANG, TitikNOL - Keluarga besar Yayasan Saung Hijau Indonesia (SAHID) menggelar tasyakuran dalam rangka peresmian organisasi yang fokus terhadap lingkungan hidup. Berdirinya yayasan SAHID bertujuan untuk mendorong kebijakan-kebijakan Pemerintah agar pro terhadap lingkungan.
"Karena saat ini menjamur industri pabrik, tentu banyak pembebasan lahan dan banyak penebangan pohon, hal itu harus diimbangi dengan penanaman pohon kembali," ujar ketua Yayasan SAHID, Aan Nurhadiyat, usai kegiatan tasyakuran di basecamp Yayasan SAHID, Desa Kiara, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Rabu (3/3).
Menurutnya, salah satu tugas dari SAHID yaitu mendorong kebijakan Pemerintah untuk gemar menanam pohon kembali, agar tidak merusak ekosistem lingkungan, dan dapat menjaga sumber daya air.
"Ini penting untuk keberlangsungan hidup manusia," ucapnya.
Hadir dalam kesempatan tersebut Anggota DPR RI Fraksi Golkar, Tb Haerul Jaman, yang juga merupakan dewan pendiri Yayasan SAHID. Selain itu, sejumlah tokoh lainnya seperti Mannar Mas, dan pengurus Yayasan SAHID.
"Lingkungan ini sangat penting dijaga. Lingkungan dijaga, pepohonan kalaupun ditebang untuk kepentingan-kepentingan industri tetapi ditanam kembali, agar berimbang," jelas Aan.
Aan menegaskan bahwa Yayasan SAHID akan melakukan hal-hal yang nyata dan kongkret. Ia berpesan agar organisasi SHI jangan NATO atau not action talk only, tidak ada action, banyak diskusi.
"Walaupun hal kecil yang dibuat, SHI akan melakukan hal itu. Karena prinsipnya, Yayasan SHI tidak boleh banyak diskusi, acara seremoni, tetapi harus berbuat di lapangan," tandasnya.
Sementara itu, Dewan Pendiri Yayasan SHI, Tb Haerul Jaman menyampaikan berharap SHI dapat memberikan sesuatu yang lebih untuk memberikan berbagai hal terkait lingkungan kepada masyarakat.
"Tentunya menjadikan kegiatan SAHID terhadap rencana kerjanya kedepan, terkait konsep go green, bisa memberikan edukasi dan kontribusi," katanya.
Menurutnya, edukasi terkait menjaga dan memelihara lingkungan adalah hal yang terpenting untuk semuanya, terutama masyarakat. Ia menyatakan, banyak pembangunan yang tidak matang dalam melakukan kajian. Sehingga berdampak pada perubahan di bumi, meskipun alasannya percepatan pembangunan.
"Dampak-dampak inilah yang kadang kala menjadi petaka untuk kita semua. Ada genangan, banjir, longsor maupun gempa di seluruh penjuru. Air harus terjaga, air jangan sampai membuat kita menjadi musibah, menjadi celaka," ungkapnya.
Meski tanpa ada bantuan dari Pemerintah, Jaman menegaskan kegiatan yang dilakukan saat ini dari kita dan oleh kita saja. Mencoba dari yang terkecil, hingga yang terbesar.
"Mengingatkan untuk berdiskusi dengan Pemerintah. Setelah mengingatkan, ya terserah kebijakannya seperti apa. Sehingga kita bisa mewarnai keberadaan saung hijau ini, untuk sedikitnya memberikan kontribusi," tandasnya. (TN2)