TitikNOL - Hidup memang tak selalu sempurna. Bagi perfeksionis sekalipun, ketidaksempurnaan selalu bisa terjadi. Mungkin Anda berusaha melakukan lebih banyak hal namun tubuh dan pikiran akan berkata lain.
Sering kali, Anda terlalu keras pada diri sendiri sampai melupakan kemenangan kecil yang bisa terjadi sepanjang hari. Padahal, bila Anda buka mata, ada banyak hal kecil yang bisa disyukuri setiap hari.
Merasa kalah dan memikirkan betapa hidup Anda tak sempurna dapat mengurangi kemampuan untuk menghargai apa yang ada di sekitar. Terlalu menginginkan kesempurnaan bisa dikaitkan dengan kecemasan, depresi, insomnia, menyakiti diri sendiri, masalah jantung, dan perilaku agresif.
Sebuah studi tahun 2006 yang dilakukan oleh Danielle Molnar dari Brock University di Kanada menyatakan bahwa perfeksionis dapat lebih mudah merasa letih dan sakit. Tingkat kesehatannya juga lebih buruk. Kondisi fisik tersebut membuat orang perfeksionis lebih banyak berobat ke dokter, izin dari pekerjaan, dan mengalami berbagai masalah kesehatan.
Untuk menghindari sisi negatif dari sifat perfeksionis, bagaimana jika Anda mulai berhenti fokus pada kesempurnaan dan mulai merangkul kembali diri Anda seutuhnya?
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah jangan menyalahkan diri sendiri ketika Anda tidak melakukan yang terbaik di tempat kerja. Mungkin Anda akan merasa malu, namun sadarilah situasinya. Lalu, kembali maju untuk proyek selanjutnya tanpa beban berat seolah habis kalah perang.
Ketika berpikir soal kesempurnaan, tanyakan pada diri sendiri apakah Anda telah melakukan yang terbaik daripada selalu mengukur diri dengan nilai sempurna.
Beberapa hal lain yang bisa ditanyakan pada diri sendiri antara lain apakah yang akan dilakukan selanjutnya, bagaimana pengaruh dari tindakan Anda, apakah semua yang Anda kerjakan sudah efisien, dan sebagainya.
Kebiasaan tersebut dilakukan untuk membantu Anda membebaskan diri dari keinginan mencapai tujuan yang terlalu tinggi serta belajar untuk tidak membiarkan rasa bersalah pada sesuatu yang dirasa tak sempurna.
Anda juga bisa mengalihkan fokus pada sesuatu yang disukai, misalnya olahraga, meditasi, berkumpul bersama teman, dan keluarga.
Lalu, masuk lah ke tahap penerimaan. "Sebagai manusia kita semua memiliki ketidaksempurnaan," kata Dr Alisa Hoffman. "Bahkan, ketidaksempurnaan adalah apa yang membuat kita menarik dan berbeda satu sama lain. Menerima dan menghargai mereka ketidaksempurnaan adalah sama pentingnya dengan menegaskan kekuatan."
Cobalah untuk menerima dan belajar mengenali diri sendiri. Semakin Anda selaras dengan apa yang terjadi pada tubuh, pikiran, dan lingkungan, Anda akan cenderung membuat keputusan yang tenang. Semakin banyak diri sendiri bisa menerima hal-hal yang tidak bisa dilakukan, akan lebih cepat bagi Anda untuk melangkah maju.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk menerima ketidaksempurnaan adalah menghargai setiap proses yang terjadi, ingat bahwa orang lain tidak mengevaluasi cara Anda mengevaluasi diri, dan jangan lupa untuk menikmati perjalanan hidup.
Sumber: www.beritagar.id