SERANG, TitikNOL – Sanggar Jati Belanda Garasi Kapal yang digawangi Adam Adhary, awalnya hanya memiliki hobi menyulap kayu-kayu bekas menjadi berbagai furnitur indah. Namun dari hobinya tersebut, sang owner yang berprofesi sebagai wartawan ini, kini bisa meraup omzet hingga puluhan juta perbulan.
Tak lepas dari hobi sang owner, Perusahaan UMKM pengolahan limbah palet yang digarap bersama sejumlah pegawainya ini terus berkembang. Bahkan, saat ini pemasarannya mulai menggurita hingga ke luar Banten.
Sekilas tak terlihat ada kegiatan saat menyambangi Sanggar Jati Belanda Garasi Kapal di salah satu pojok Perumahan Banjarsari Permai, Cipocok Jaya, Kota Serang tersebut. Namun saat memasuki sebuah garasi, berbagai ornamen yang terbuat dari kayu terpampang pada sebuah gerai. Garasi utama yang dirubah menjadi galeri menampilkan berbagai kreativitas yang menawan.
“Inilah kayu-kayu limbah itu. Sekarang telah berubah bentuk,” kata Adam Adhary, owner Garasi Kapal kepada wartawan seraya memperlihatkan berbagai seni pyrografi yang tertata di sebuah galeri yang juga terbuat dari palet-palet bekas, Kamis (18/10/2018).
Memanfaatkan pekarangan di belakang rumah, galery sekaligus workshop itu berdiri di atas lahan sekitar 450 meter persegi. Dari situlah, sang owner memiliki berbagai kegiatan dilakukan. Kawasan industri kreatif yang memadukan taman kebun sekaligus bengkel kayu ini, membuat nyaman siapapun yang bertandang.
“Sengaja dibuat konsep begini (taman kebun, red), agar terasa nyaman. Yang bekerja jadi kerasan, yang berkunjung merasakan kesejukan. Kalau pun limbah dan bengkel, jangan kumuh lah,” ungkapanya, sembari mengajak berjalan menuju rumah produksi yang tepat berada di belakang tempat rumahnya.
Menurut Adam, usaha yang dirintisnya awal 2018 itu bermula dari hobi. Kreatifitasnya muncul saat melihat tumpukan kayu sisa pembuatan gardu ronda di lingkungan tempat tinggalnya.
“Akhir tahun 2017 banyak sekali maling. Akhirnya warga sepakat ronda, yang ujung-ujung harus membuat gardu ronda. Berfikir ekonomis, membuat gardu pun akhirnya pakai kayu-kayu limbah pabrik. Sisanya itu saya jadikan kursi, rak buku dan bangku taman,” kisahnya.
Adam juga bercerita, awalnya hasil karyanya itu hanya dipakai sendiri. Lalu, ia mencoba memasarkan produk tersebut secara online.
Tak disangka-sangka, hasil karyanya disukai banyak orang. Tiga unit yang dibuat dengan peralatan sederhana ludes dibeli orang. Selanjutnya ia pun kembali membeli kayu limbah, sekaligus menambah peralatan.
Setelah hampir 10 bulan menggeluti usaha yang menjadi hobinya, Adam mengakui pasaran penjualan dirasakan sangat potensial. Karena jenis kayu pinus, atau yang populer disebut jati belanda itu banyak disukai orang.
Karena bentuknya yang unik, dengan serat-serat kayu yang kuat menampilkan sebuah keindahan. Selain karya seninya yang memikat, jenis kayu impor itu tergolong kayu yang tak disukai hama atau pun rayap.
“Saat ini banyak masyarakat mulai bosan dengan produk-produk pabrikan. Selain itu saat ini banyak orang menghargai hasil kreativitas, dan ini peluang yang harus dipenuhi. Alhamdulillah, saat ini garasi kapal tidak hanya melayani konsumen di wilayah Banten saja, tapi juga hingga melakukan pengiriman hingga luar kota,” kata salah satu wartawan senior di Provinsi Banten ini.
Pesanan mulai banyak, secara otomatis berdampak terhadap bertambahnya tenaga kerja. Ia mengaku bangga, bisa menjadi bagian dalam menekan jobless (angka pengangguran).
“Saat ini tukang ada dua orang, bagian finishing dua orang. Tapi pada saat-saat tertentu saya panggil tenaga ad hoc. Syukur alhamdulillah pesanan juga mulai banyak. Saya selalu mengutamakan kualitas, makanya setiap pelanggan saya mintai komentar saat barang dikirim. Saya sangat senang dikritik, apalagi jika diberikan masukan dari karya yang kita buat. Ini jadi pemicu untuk lebih baik lagi,” katanya.
Soal bahan baku, kata Adam, Banten adalah kawasan industri yang secara otomatis banyak menghasilkan limbah kayu pinus. Kendati demikian diakuinya, pemenuhan bahan baku gampang-gampang susah. Karena Banten juga menjadi tujuan pemenuhan bahan baku dari luar Banten. Untuk itu, ia pun rajin hunting untuk memenuhi stok. “Bahan baku ini sudah lebih awal dipasok ke Jawa Tengah, Bandung dan daerah lain,” jelas Adam.
Saat ditanya berapa omzetnya saat ini, Ia pun meperlihatkan data-data pesanan yang tertata dalam laptopnya. Jika melihat grafiknya terus mengalami peningkatan. Bahkan pada bulan terakhir ini nyaris mencapai angka seratus juta dalam hitungan belum genap satu bulan.
“Kualitas terus diperbaiki, varian produksi semakin berkembang, pesanan juga tak hanya di wilayah sekitar. Saya akui pengaruh medsos sangat membantu pemasaran. Saya gunakan instagram dan facebook, responnya luar biasa,” Adam berbagi informasi.
Satu obsesi yang ingin diwujudkan, yakni ia berambisi mengembalikan limbah-limbah kayu itu ke negara asal dalam bentuk berbeda.
“Mereka mengimpor kayu-kayu itu dalam bentuk palet dan menjadi limbah pabrik. Saya ingin mengembalikannya ke Korea, Jepang, China bahkan Eropa sana dalam bentuk karya seni. Ini akan menjadi kebanggaan untuk saya wujudkan. Kalau sekedar tanya-tanya dari luar negeri sih sudah ada, hanya belum ada yang deal. Sempat juga ditanya seni kaligrafi dari jazirah Arab,” urainya lagi.
Saat ditanya, apakah sudah mengantongi izin ekspo, jika ada pesanan ke luar negeri? “Bahan baku saya impor, padahal saya gak punya izin impor. Kalau sampai terjadi harus ekspor, saya rasa bukan perkara sulit. Jika peluang ada, kita tempuh lah semua proedurnya. Pokoknya optimis saja,” jawabnya seraya terawa lepas. (Gat/TN3)