Jum`at, 22 November 2024

Cerita Haru Anak Bu Yuli: Ibu Sebelum Meninggal Bungkus Sembako Buat Tetangga

Ika anak almarhum Ibu Yuli warga Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang saat diberikan trauma healing di Dinas DP3AKAB Kota Serang. (Foto: TitikNOL)
Ika anak almarhum Ibu Yuli warga Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang saat diberikan trauma healing di Dinas DP3AKAB Kota Serang. (Foto: TitikNOL)

SERANG, TitikNOL - Tetesan air mata keluar dari mata IK, saat bercerita mengenang kepergian ibundanya Yuli, warga Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang, Kota Serang, yang pernah diberitakan menahan lapar dua hari hanya minum air galon.

Suara serak bercampur isak tangis terlontar dari suaranya, seakan tidak percaya orang yang melahirkan dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang pergi di pangkuan illahi untuk selamanya.

Tangan yang terus mengeluskan dada sambil menceritakan sedikit kisah hidup bersama orang yang mengandungnya selama sembilan bulan. Kesabaran, berbuat baik pada orang dan selalu bersyukur dengan keadan masih terngiang di telinga IK.

Sebab, prilaku serta sifat itu yang di contohkan sang bunda kepada ke empat anaknya dalam menghadapi peliknya hidup di dunia. Karena menurutnya, kekekalan hidup adalah di surga.

Ia menceritakan, sosok ibu merupakan manusia terbaik yang dimilikinya. Tidak pernah menekan dan menuntut apa-apa terhadap anak dan kepada sang suami.

Bahkan sebelum kepergiannya, kata dia, sang bunda sempat mengemaskan sembako yang dikasih relawan untuk dibagikan kepada tetangganya yang dirasa sama-sama kurang mampu. Sang bunda sadar, bahwa kunci kebahagiaan adalah berbagi dengan sesama.

"(Ibu) Baik, Ibu sebelum meninggal ngebungkusin sembako dari relawan untuk dibagikan yang lain, ke tetangga," katanya saat ditemui di Dinas DP3AKB Kota Serang, Rabu (22/04/2020).

Ia menyebutkan, sang bunda tidak pernah mengeluh walaupun sempat tidak makan dan hanya minum air galon selama dua hari. Hal itu ia rasakan bersama ke tiga adiknya pada saat di rumah.

Rasa haru pun tidak terbendung, mengingat sebagai anak sulung serta tulang punggung keluarga tidak dapat membantu lantaran baru di rumahkan dari tempat kerjanya.

"Tahu (nggak makan), saya sendiri yang ngerasain," ungkapnya.

Ia menjelaskan, bahwa kematian sang bunda bukan faktor dari kelaparan. Sebab, pasca tidak makan itu datang banyak bantuan dari relawan yang membawa sembako untuk kebutuhan hidup.

"Surat pernyataan tahu, saya sedih diberitakan (meninggal) nggak makan dua hari, itu salah. Tapi emang bener nggak makan dua hari," jelasnya.

Menurutnya, yang pertama memberikan bantuan itu datang dari para relawan. Setelah itu, kemudian datang dari berbagai intansi dan yang lainnya.

"Tadi itu Ika bilang, Ika jarang di rumah, yang suka nemuin ibu (almarhum). Setahu Ika nggak ada (bantuan). Ya (pertama bantuan) itu bang Dinar ngasih sembako, abis shalat Jumat," tukasnya. (Son/TN1)

Komentar