SERANG, TitikNOL - Tim investigasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) selidiki fenomena fakta tentang banyaknya jatuh korban petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Serang.
Komisioner Komnas HAM Amiruddin Alrahab mengatakan bahwa korban meninggal dunia akibat kelelahan di Pemilu tahun ini menjadi sorotan publik dan banyak dipebincangkan di media sosial. Maka itu, pihaknya melakukan pemeriksaan untuk evaluasi tentang kronoligis utuh dari pihak keluarga dan anggota KPPS setempat.
“Karena ini menjadi perhatian publik, kami ingin mendalaminya langsung kepada keluarga supaya informasinya langsung yang bersangkutan,” Katanya usai melakukan pemeriksaan. Rabu, (15/5/2019).
Amiruddin mengatakan, Komnas HAM saat ini penelusuran tersebut di enam Daerah. Salah satunya Banten."Tim yang diterjunkan ke enam provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB dan ada beberapa lainnya. Saya ke Banten dan baru satu disini diperiksa karena Kota Serang ada dua dan keduanya kami akan temui,” ungkapnya.
Pihaknya pun sudah bertemu dan menanyakan langsung kepada keluarga korban mengenai teknis kerja Almarhum di Tempat Pemungutan Suara (TPS) hingga riwayat penyakit yang diderita korban.
”Nah tadi kami tanya mengenai kesehatan sebelum hari pencoblosan, bagaimana proses dari tanggal 16 sampai selesai dan juga keluhan Almarhum seperti apa, nah hal-hal seperti itu sehingga kami mendapat informasi dengan jelas,” tegasnya.
Sementara itu Ketua Divisi Hukum dan Pengawasan KPU Kota Serang Patrudin membenarkan adanya pemeriksaan soal penelusuran fakta terhadap keluarga penyelenggara yang menjadi korban.”Komnas HAM hanya menggali itu saja sih. Salah satu tugas mereka tadi konfirmasi saja ke kami untuk mengetahui saja jejak rekam mengenai yang meninggal dan yang sakit,” singkatnya.
Ditempat yang sama, salah satu keluarga korban Candra Kirana (anak dari Almarhum Pulung Supriatna di TPS 06 Kekurahan Kota Baru) mengaku pihaknya dimintai keterangan soal kronologis meninggalnya Almarhum ayahnya.
“Banyak sih. Yang ditanyakan awal mula bertugas sampai beres dan awal mula sakit sampai meninggal. Penyebab awalnya apa gitu sampai Bapak meninggal. Awalnya itu Bapak enggak sakit, setelah tugas aja. Karena kurang tidur ya, Bapak itu ngeluh sakit kepala dan sebelumnya tidak mempunyai riwayat penyakit, sehat-sehat aja,” kata Candra.
Candra berharap, kejadian tersebut menjadi bahan evaluasi pemerintah dalam menentukan sistem Pemilu dan tidak sampai terulang pada keluarga yang lain.
“Harapannya buat pemerintah, jangan sampai terulang lagi lah, kembalikan aja proses Pemilu seperti tahun sebelumnya seperti yang udah-udah jangan digabung lagi,” singkatnya. (Gat/TN2)