TANGERANG SELATAN, TitikNOL - Anggota MPR RI, Rano Karno melakukan sosialisasi 4 Pilar MPR RI dengan dengan mengajak puluhan mahasiswa untuk memahami nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui kebudayaan.
"Kebudayaan adalah pemersatu bangsa, sebuah perekat yang mengikat kita sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia. Budaya berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi dan dayah. Buddhi artinya akal, sedangkan dayah adalah tenaga atau kemampuan bertindak,"kata Rano saat melakukan sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Segita bermuda coffe Jl. Pajajaran, Pamulang Bar, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (3/8).
Rano mengatakan kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar. Budaya tidak hanya mencerminkan identitas nasional kita tetapi juga memberikan kita landasan moral, etika, dan nilai-nilai yang luhur.
"Dalam era globalisasi ini, tantangan terhadap identitas nasional kita semakin besar. Sebuah survei sederhana dari Universitas Pendidikan Indonesia menunjukkan bahwa dari 33 remaja yang diteliti, sebanyak 39,4% menyukai budaya lokal dan 60,6% lebih menyukai budaya luar. Dari 60,6% orang yang memilih budaya luar, sebanyak 33,3% memilih K-Pop dan sisanya memilih beragam budaya asing lainnya,"ujarnya.
"Hasil survei ini memberikan gambaran betapa besar pengaruh budaya asing terhadap generasi muda kita. Tidak ada yang salah dengan menghargai dan menyukai budaya lain, namun kita harus tetap bangga dan melestarikan kebudayaan kita sendiri. Tanpa identitas budaya yang kuat, kita akan kehilangan jati diri dan arah sebagai bangsa,"tambah Rano.
Rano menjelaskan dalam sejarah kita, ada kisah inspiratif tentang Wali Songo yang patut kita renungkan. Wali Songo adalah sembilan ulama besar yang menyebarkan agama Islam di Nusantara dengan cara yang sangat bijaksana, yakni melalui kebudayaan.
"Mereka memahami bahwa budaya adalah jalan yang efektif untuk menyentuh hati dan pikiran masyarakat,"katanya.
Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Songo, menggunakan wayang kulit untuk menyampaikan ajaran Islam. Wayang kulit yang sudah sangat populer di kalangan
masyarakat Jawa pada saat itu menjadi alat yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai Islam.
"Sunan Kalijaga tidak hanya mempertahankan kesenian tradisional tetapi juga memberikan makna baru yang selaras dengan ajaran Islam. Melalui tokoh-tokoh wayang, ia menyampaikan pesan moral dan spiritual yang bisa diterima oleh masyarakat tanpa merasa terpaksa atau terancam,"kata Rano.
Contoh lain adalah Sunan Bonang, yang menggunakan gamelan sebagai media
dakwah. Ia menciptakan tembang-tembang atau lagu-lagu yang berisi ajaran Islam, yang kemudian dinyanyikan dan dimainkan dengan gamelan. Beberapa lagu yang sangat dikenal antara lain "Tombo Ati" dan "Ilir-Ilir." Melalui seni dan musik, ajaran Islam menyebar dengan cara yang damai dan harmonis.
"Melalui kisah Wali Songo, kita belajar bahwa budaya dan agama bisa berjalan
beriringan dan saling mendukung. Kebudayaan dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendalam dan abadi. Dalam acara ini, kita juga akan belajar dan memahami lebih dalam tentang kebudayaan kita. Salah satunya adalah belajar bermain Angklung bersama, sebuah instrumen musik tradisional dari Jawa Barat yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Melalui Angklung, kita tidak hanya bermain musik tetapi juga belajar tentang kerja sama, harmoni, dan kebersamaan yang merupakan nilai-nilai penting dalam kehidupan bermasyarakat,"kata Rano.
"Saya berharap, melalui acara ini, kita semua dapat semakin mencintai dan menghargai kebudayaan kita sendiri. Kebudayaan adalah identitas kita, kekayaan kita, dan aset bangsa yang harus kita jaga dan lestarikan,"tambah Rano.