TitikNOL - Penggunaan media sosial yang terus meningkat berbanding lurus dengan tingkat paranoid yang semakin tinggi. Hal ini diperingatkan oleh seorang akademisi terkemuka. Walaupun buktinya tergolong masih sedikit, satu dari lima orang pengguna media sosial merasa berada di bawah ancaman.
Seorang psikolog mengatakan jumlah tersebut bisa mengalami peningkatan yang cukup signifikan terlebih semakin banyak kaum muda yang menggunakan media sosial. Pernyataan ini muncul setelah sebuah yayasan amal anak-anak di suatu negara merasa sangat tidak bahagia karena menggunakan media sosial.
"Dunia digital mengubah masyarakat dengan caranya yang bisa membuat mereka merasa seolah berada di bawah pengawasan," kata Philippa Garety, profesor psikologi klinis di King's College London seperti yang dikutip dari Daily Mail, Selasa (8/8/2017).
Saat menggunakan media sosial, tindakan seseorang bisa secara mudah dilacak dan dicatat dengan cara tertentu melalui internet. Hal itu bisa memicu rasa cemas yang lebih besar karena menimbulkan pikiran apakah orang-orang yang mengikuti mereka bisa membahayakan.
Menurut sebuah badan amal kesehatan mental, pikiran paranoid memiliki tingkat keparahan yang berbeda. Mulai dari mengalami delusi hingga memiliki kecurigaan yang berlebihan.
Ancaman ini lebih banyak dialami oleh kaum muda karena mereka lebih banyak menggunakan media sosial. Pada bulan Desember lalu, NSPCC telah menyalahkan media sosial mengenai peningkatan bahaya bunuh diri di kalangan anak muda.
Sebanyak 18.778 anak-anak di Inggris dan Wales yang berusia 11 - 18 tahun harus dirawat di rumah sakit karena menyakiti diri mereka sendiri pada periode 2015-2016. Jumlah ini meningkat sebanyak 14% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Badan amal tersebut mengungkapkan bahwa pihaknya telah memberikan 18.471 sesi konseling tentang kerugian diri pada anak-anak di tahun lalu. Peter Wanless, chief executive NSPCC mengatakan, "Dari ribuan kasus yang dilaporkan, sudah jelas bahwa anak-anak sangat tidak bahagia dengan penggunaan media sosial. Kami tahu penyebab ketidakbahagiaan ini sebagian karena tekanan konstan yang mereka rasakan. Terkada mereka menginginkan memiliki kehidupan yang sempurna atau mencapai citra tertentu yang seringkali tidak realistis."
Anak-anak itu merasa mereka membutuhkan teman dan tidak dapat melarikan diri. Dengan kata lain media sosial menambah kesengsaraan pada banyak orang setiap harinya. Penelitian besar lainnya yang dilakukan oleh profesor Garety menunjukkan jutaan orang yang berisiko menderita paranoid akibat penggunaan media sosial.
Untuk mengatasi tingkat paranoid ini, profesor Garety bersama nengembangkan sebuah aplikasi interaktif yang dibuat oleh Royal College of Art. Aplikasi ini nantinya akan diuji pada 360 pasien untuk melihat keefektifannya.
Profesor Garety mengatakan paranoid adalah masalah signifikan yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Aplikasi ini dipersonalisasi untuk pengguna dan dikembangkan selama sesi terapi. Hal itu membuat terapisnya mengetahui hal-hal apa saja yang telah memicu paranoid.
Dengan begitu bisa ditemukan cara terbaik untuk membantu mereka mengatasi masalahnya. Para pengembang berencana untuk mengembangkan aplikasi terpisah untuk penderita paranoid akut dan lebih ringan dalam waktu sekitar lima tahun.
Berita ini telah tayang di Okezone.com, Selasa 8 Agustus 2017 dengan judul Awas! Media Sosial Bisa Bikin Anda Paranoid