Google berencana menambahkan fitur chatbot kecerdasan buatan (AI) ke mesin pencari andalannya yaitu Google Search.
Chief Executive Officer Google Sundar Pichai mengatakan hal itu dilakukan lantaran platform menghadapi tekanan dari chatbot seperti ChatGPT dan masalah bisnis yang lebih luas.
"Kemajuan dalam AI akan meningkatkan kemampuan Google untuk menjawab berbagai permintaan pencarian," kata dia, dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal.
Namun, ia menampik anggapan chatbot merupakan ancaman bagi bisnis Google, yang menyumbang lebih dari setengah pendapatan di perusahaan induknya, Alphabet.
Google lama menjadi pemimpin dalam mengembangkan program komputer yang disebut model bahasa besar (LLM) yang dapat memproses dan merespons perintah bahasa alami dengan prosa mirip manusia.
"Apakah orang dapat mengajukan pertanyaan ke Google dan terlibat dengan LLM dalam konteks pencarian? Tentu saja," kata Pichai.
Sebelumnya, Microsoft lebih dulu menerapkan teknologi ChatGPT di mesin pencari Bing.
Pichai pun mengaku ini jadi salah satu ancaman terbesar bagi bisnis inti Google tersebut. Terlebih, ada tekanan investor untuk memangkas biaya.
Pekan lalu, Chief Financial Officer Google Ruth Porat mengatakan kepada karyawan agar lebih banyak melakukan pemotongan pengeluaran di berbagai bidang, mulai dari fasilitas makan hingga infrastruktur komputasi perusahaan demi mengembangkan dan menjalankan algoritma AI.
"Kami benar-benar fokus untuk menciptakan penghematan yang tahan lama," kata Pichai.
"Kami senang dengan kemajuannya, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," sambungnya.
Google bertahun-tahun menggunakan sistem AI untuk lebih memahami query atau perintah kompleks. Namun, peluncuran ChatGPT secara luas pada November oleh OpenAI memicu perlombaan untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam produk konsumen.
CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan pada Februari lalu bahwa "perlombaan baru dimulai dengan teknologi platform yang benar-benar baru."
Microsoft menanamkan teknologi di belakang ChatGPT ke dalam mesin pencari Bing, yang jauh tertinggal dari pencarian Google.
Langkah tersebut memungkinkan pengguna untuk terlibat dalam percakapan panjang dengan produk.
Bard
Google mulai menguji fitur AI baru pada Gmail dan produk terkait pekerjaan lainnya. Sementara, Microsoft beralih untuk menawarkan AI di luar Bing untuk digunakan di beberapa alat perangkat lunak bisnisnya.
Google terkadang berhati-hati bergerak terlalu cepat dengan teknologinya. Ketika Google pada bulan Maret membuka akses publik ke Bard, chatbot berbasis AI, perusahaan tidak mengintegrasikannya ke dalam mesin pencarinya.
Namun, perusahaan menawarkannya melalui daftar tunggu di situs yang berdiri sendiri.
"Sungguh luar biasa melihat kegembiraan pengguna seputar adopsi teknologi ini, dan beberapa di antaranya juga merupakan kejutan yang menyenangkan," kata Pichai.
Saat ditanya mengapa perusahaan tidak merilis chatbot lebih awal, dia mengatakan Google masih berusaha mencari pasar yang tepat.
"Kami berulang kali mengirimkan sesuatu, dan mungkin lini masa berubah, mengingat momen di industri ini," katanya, melansir Economic Times.
Berita ini telah tayang di cnnindonesia.com, dengan judul: Google Search Bakal Pakai Chatbot AI, Efek ChatGPT?