TitikNOL - Makanan Indonesia sepertinya semakin dikenal dan digemari oleh warga Australia. Di kota Melbourne misalnya, dalam waktu kurang dari tiga tahun sudah banyak restoran baru yang menyajikan aneka sajian masakan khas Nusantara.
Diberitakan oleh Australianplus, sekitar enam tahun lalu mungkin hanya ada dua atau tiga restoran di kawasan pusat kota Melbourne. Kini jumlah restoran di kawasan yang sering disebut 'Melbourne CBD (Central Business District)' sudah mencapai lebih dari dua kali lipat.
Sebut saja kawasan Elizabeth Street, yang dulu dengan mudahnya bisa ditemukan restoran Jepang, China, Vietnam, Korea, tapi tak ada restoran Indonesia. Padahal jalan ini termasuk yang paling sering dilewati turis yang berkunjung ke pasar paling terkenal di Melbourne, yakni Queen Victoria Market, yang berada di ujung jalan Elizabeth Street dan Victoria Street.
Inilah yang menjadi alasan mengapa Ian Mok asal Kamboja dan mitranya, Hani Phanggestu dari Pontianak memutuskan untuk membuka restoran Indonesia di jalan ini.
Keduanya sempat bekerja sama saat Ian membuka sebuah toko roti dekat Queen Victoria Market. Ian banyak menerima pekerja asal Indonesia. Di jam makan siang, mereka seringkali memasak atau membawa makanan Indonesia. Dari sinilah Ian kemudian tertarik dengan masakan Indonesia.
Menurut Hani, sudah lama Ian ingin membuka restoran Indonesia, karena dia tahu banyak warga Australia yang suka ke Bali. Tapi baru tahun ini, keinginannya terwujud dengan membuka restoran Indonesia bernama Pondok Rempah.
Pondok Rempah memiliki pandangan masakan Indonesia harus disajikan sesuai aslinya, dengan menawarkan makanan-makanan yang khas di sejumlah tempat, seperti dari Pontianak, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Saya mendatangkan tante dan teman saya yang punya restoran di Pontianak, juga ada tante dari Jakarta. Chef-nya pun khusus didatangkan dari Indonesia, untuk menjaga keaslian rasanya," kata Hani.
Restoran Indonesia lainnya yang baru buka adalah Fat Oma, terletak di Swanston Street, dikenal sebagai jalan utama di pusat kota Melbourne. Menurut pihak manajemennya, restoran ini lebih mengedepankan jiwa muda, dengan desain modern agar konsumennya nyaman untuk 'nongkrong'.
Nama restoran sengaja tidak memiliki unsur Indonesianya, agar lebih menarik perhatian konsumen.
"Kami terinspirasi dari oma, nenek, yang masakannya enak-enak dan kebanyakan oma-oma di rumah masakannya juga enak-enak. Kata 'fat' hanyalah sesuatu yang menarik dan fun, supaya mendapat banyak perhatian orang-orang di luar sana," jelas pihak Fat Oma.
Meski masakan Indonesia dianggap populer, tapi menurut pihak Fat Oma, pangsa pasar kuliner Indonesia di Australia masih terbatas.
"Lain halnya dengan negara Thailand atau Vietnam, banyak sekali orang-orang yang tidak tahu makanan Indonesia itu seperti apa. Tantangan yang kami hadapi adalah berusaha untuk menyesuaikan citarasa masakan Indonesia yang autentik, namun dapat dinikmati masyarakat Australia."
Restoran Indonesia yang juga bisa ditemukan di kawasan pusat kota Melbourne lainnya adalah restoran Nelayan, yang sudah lama buka, Naughty Nuri's dari Bali, Sate Plus, Kedai Satay, Bali Bagus, Salero Kito, Spices Indonesian Kitchen, Es Teler 77. Beberapa diantara restoran ini baru buka kurang dari tiga tahun lalu. Ada pula beberapa restoran Indonesia yang berada di luar pusat kota Melbourne.
Sumber: www.rimanews.com