Jum`at, 22 November 2024

Para Guru Di Banten Tolak Rencana Full Day School

Ilustrasi. (Dok: timlo)
Ilustrasi. (Dok: timlo)

SERANG,  TitikNOL – Para guru yang tergabung dalam Koalisi Guru Banten (KGB), menolak wacana kebijakan menteri pendidikan Muhazir Efendi untuk menerapkan Full Day School (FDS) atau sekolah sehari penuh. Mereka menilai langkah heboh yang dilakukan Muhazir yang baru sepekan menjabat, akan menambah beban para guru.

“Jokowi setiap ganti menteri pasti ganti kebijakan. Belum sepekan jadi menteri pendidikan, Pak Muhazir mewacanakan untuk menerapkan FDS. Ini kan bisa menambah beban kerja guru, sedangkan guru juga memiliki hak untuk mendidik anak-anak mereka di rumah, “ kata Presedium KGB Deny Surya Permana, kepada wartawan,  Selasa (9/8/2016).

Baca juga: KPAI Minta Penerapan Kebijakan FDS di Kaji Lebih Dalam

Deny mengatakan, kebijakan ini juga akan membuat siswa seharian berada di sekolah. Mereka berangkat sekolah pukul 07.00 WIB dan akan pulang pukul 17.00 WIB.

“Di Finlandia, justru siswa menghabiskan sedikit waktu di sekolah. Mereka tidak dibebani dengan tugas dan pekerjaan rumah yang menumpuk. Bahkan di sana para orang tua sudah mulai menerapkan home schooling (sekolah rumah) untuk anaknya. Anak usia sekolah dasar (SD, SMP) harus banyak bermain, tidak dibebani dengan beban belajar yang tinggi,“ ungkapnya.

KGB menilai kebijakan FDS yang dikemukakan Menteri Muhadjir adalah suatu kemunduran. “Ini adalah suatu kemunduran, karena menghabiskan waktu seharian di sekolah akan sangat membosankan bagi siswa. Tentu saja akan berpengaruh terhadap perkembangan siswa. Apalagi sekolah di Indonesia tidak menjamin tidak adanya tindak kekerasan di sekolah,“ jelasnya.

KGB pun menolak keras kebijakan tersebut,  karena FDS dinilai merampas hak bermain siswa serta mengurangi waktu anak-anak bersama orang tua di rumah. Padahal rumah adalah tempat pendidikan terbaik bagi anak-anak.

“FDS merupakan bias urban masyarakat perkotaan. Alasan FDS untuk menjaga siswa agar tidak terlantar diluar sekolah sangat naif. Bagaimana dengan anak-anak petani atau masyarakat pedesaan yang setelah lepas sekolah harus membantu orang tua pergi ke sawah,“ pungkasnya. (Meghat/quy)

Komentar