PANDEGLANG, TitikNOL - Ina (43), salah satu warga di Kampung Sawah, Desa Menes, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang menyebutkan sempat mencurigai gerak gerik dari pelaku penusukan terhadap Menteri koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto.
Pasalnya, pelaku yang merupakan pasangan suami istri tersebut jarang berbaur dan bergaul dengan masyarakat setempat. Bahkan, pelaku berinisial SA (31) yang merupkan suami dari FA (21) tidak pernah ikut melakukan kerja bakti dengan masyarakat setempat.
"Jarang Berbaur, yang namanya bermasyarakat sama warga ada gotong royong nggak pernah, ke Masjid pun nggak pernah. Kan disini warga tahu ya, suaminya juga nggak pernah Jumatan disini. Di kontrakan saja," katanya saat ditemui di lokasi.
Karena dinilai tidak wajar oleh masyarakat, Ina bersama masyarakat lainnya selalu mengawasi aktivitas dari kedua pelaku tersebut. .
Baca juga: Dua Pelaku Penusukan Menkopolhukam Dibawa Tim Densus 88 ke Mabes Polri
"Karena namanya warga biasa ya, jadi kami liat dulu, liat saja. Tapi tetap kami juga mengawasi gerak geriknya," ujarnya.
Lebih lanjut Ina menjelaskan, tidak ada kepastian terkait tempat asal kedua pelaku sebelum mengontrak dan tinggal di Pandeglang. Sebab, saat ditanya oleh masyarakat tentang asal usul tempat tinggalnya, pelaku selalu memberikan keterangan yang berbeda-beda.
"Pas saya tanya juga 'Bapak warga baru ya? Iya katanya dari Serang'. Tapi kalau ditanya sama warga lain jawabnya beda, bilang dari Jawa, terus dari Medan. Dari situ warga jadi curiga," terangnya.
Baca juga: Polisi Geledah Kontrakan Pelaku Penusukan Terhadap Menkopolhukam Wiranto
Ia menyebutkan, kedua pelaku tinggal di kontrakan bersama anaknya yang berusia sekira 13 tahun. Mereka mulai tinggal di Menes sejak bulan Mei 2019.
Ina menuturkan, masyarakat merasa janggal kepada kedua pelaku karena tidak menyekolahkan anaknya. Malah membiarkan anaknya yang masih remaja itu bermain tanpa diberikan pendidikan.
"Kalau anaknya suka main sama anak sebayanya, kalau orang tuannya tertutup jarang berbaur. Anaknya kira-kira berumur 13 tahun dan tidak sekolah. Saat ditanya anaknya, katanya mesantren di Jawa," ungkapnya.
"Saya pernah nanya, kenapa neng nggak sekolah? Anaknya jawab, nggak boleh sama abi," jelasnya.
Dikatakan Ina, dirinya hanya bisa bertemu dengan pelaku disaat momen berbelanja di warungnya yang tak jauh dari kontrakan yang ditempatinya. Keduanya cenderung tertutup dan tidak suka bergaul dengan masyarakat.
"Sejak bulan Mei sebelum puasa (tinggal di Menes), paling saling sapa doang, kalau ngobrol mah nggak pernah," tukasnya. (Son/TN1)