CILEGON, TitikNOL - Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Mas Wigrantoro Roes Setyadi mengatakan, sesuai dengan permintaan pemerintah, produksi baja di Krakatau Steel ditargetkan mencapai 10 juta ton pada tahun 2022 mendatang.
Hal itu kata Wigrantoro merespon dari meruginya Krakatau Steel selama 2016 lalu.
"Tantangan ke depan adalah mempertahankan keuntungan ini sehingga laba meningkat. Tantangan berikutnya adalah bagaimana memenuhi target pemerintah agar KS bisa mencapai kapasitas target produksi sampai 10 juta ton per tahun mulai tahun 2022," katanya kepada wartawan, seusai buka bersama di Masjid As-Salaam Kota Cilegon, Jumat (16/6/2017).
Dia menyebut, pihaknya akan melakukan langkah strategis untuk mempertahankan laba operasi meningkat dan mengelola biaya, sehingga pabrik baja itu mempunyai keuntungan.
"Tantangan kami adalah bagaimana mempertahankan laba, operasi meningkat dan kemudian mengelola biaya-biaya lain sehingga menjadikan KS itu untung," jelasnya.
Lebih lanjut Mas Wigrantoro mengatakan, pihaknya mempunyai strategi agar KS mencapai keuntungan, salah satunya dengan menargetkan penjualan semaksimal mungkin dan biaya seminimal mungkin.
"Ini strategi kasar yang kita pelajari, kalau temen-temen kuliah di fakultas ekonomi kan rumusnya begitu kan? Jadi kalau ingin memaksimalkan profit adalah dengan memaksimalkan traffic news kemudian mengefisienkan biaya. Berangkat dari situ maka, strateginya bagaimana memastikan mensecure customer memuaskan pelanggan, melayani mereka sehingga mereka membeli semakin banyak dari KS," bebernya.
Guna mencapai hal tersebut, ia menargetkan untuk memperkuat distribusi dan memuaskan pelanggan serta melihat peta persaingan di kancah nasional maupun internasional.
"Ternyata peta persaingan industri baja itu adalah musuh atau kompetitor kami bukan sesama pabrikan baja tetapi adalah trader yang mengimpor barang dari luar negeri. Kita identifikasi ini, jadi opurtunity dan ancaman di sektor market itu kami dentifikasi. Tujuannya itu tadi meningkatkan dan memperkuat penjualan," tukasnya. (Ardi/red)