PANDEGLANG, TitikNOL – Biografi berjudul 'Si Doel' dianggap bukan sekedar cerita otobiografi seorang aktor film bernama Rano Karno.
Dikatakan pengamat komunikasi politik Fatih Zam, biografi 'Si Doel' berubah menjadi simbol perlawanan seseorang terhadap berbagai tradisi tidak baik dan persoalan-persoalan yang selama ini terjadi di Provinsi Banten.
“Biografi Si Doel ceritanya ringan yaitu tentang sosok dan pengalaman Rano Karno sejak kecil sampai sekarang. Isinya memang cukup mendalam dan bisa dibilang menjadi sebuah upaya perlawanan Rano terhadap berbagai persoalan yang muncul dalam hidupnya termasuk saat Rano menjadi pejabat publik,” kata Fatih saat menjadi narasumber dalam bedah buku Si Doel di Hotel Riz Pandeglang, Minggu (22/1/2017).
Dalam acara bedah buku yang dihadiri puluhan praktisi TBM (taman bacaan masyarakat) dan masyarakat umum serta dipandu aktivis Nalar, Fikri Rosyad, Fatih juga berharap Biografi Si Doel bisa menginspirasi pengelola TBM dalam peningkatan animo masyarakat dalam literasi.
“Pesan lain dalam Biografi Si Doel adalah ajakan agar kita semuanya membaca. Membaca apa saja, karena membaca memang kunci dan baiknya SDM (sumber daya manusia),” terang penulis beberapa buku populer ini.
Pembicara lain, Uday Suhada selaku Koordinator Alipp menyatakan, biografi Si Doel menceritakan bagaimana Rano mencintai ibu lebih dari yang lain di lingkungan keluarganya. Katanya, cerita-cerita kemiskinan Rano kecil diceritakan secara jujur.
“Biografi ini sangat objektif dan jujur menceritakan kondisi keluarganya, pegalaman pahit Doel dan suka duka Rano Karno mimpin Banten setahun lebih. Apa yang diceritakan penulis buku layak dijadikan penyemangat bagi masyarakat dalam memajukan daerah,” kata Uday.
Selain Fatih dan Uday, panitia juga menghadirkan pembicara dari kalangan pengusaha yakni Deden Hertandi. Dalam paparannya, Deden menyatakan sudah tamat membaca Biografi Si Doel.
“Apa yang diceritakan dalam biografi sesuai kenyataan. Dalam bidang usaha misalnya, pada kepemimpinan Rano memang ada kepastikan soal usaha dan tender yang objektif. Pembangunan juga sudah kita rasakan misalnya jalanan yang mulus dan berkualitas. Ini harus dipertahankan agar Banten makin maju,” harap Deden. (Meghat/red)