TitikNOL - Ungkapan mengatakan, "Seberapa banyak Anda memberi, sebanyak itulah Anda menerima." Sebaliknya, ketika Anda menerima, saat itulah Anda perlu memberi.
Memang, memberi dan menerima merupakan dua hal yang perlu diajarkan pada anak secara seimbang. Bukan sekadar mengisi momen tertentu, tetapi menjadikannya kebiasaan dalam berperilaku.
Namun masalahnya, mendidik anak jadi dermawan bukan soal mudah. Terutama untuk membuat mereka benar-benar paham bahwa memberi lebih baik dari menerima. Untuk itu, diperlukan pemahaman komprehensif untuk mulai mengajarkan anak memberi dan menerima.
Mengucap terima kasih dan tersenyum
Anak hanyalah mencontoh. Tidak mungkin mereka berbuat baik jika lingkungan dan keluarganya berlaku buruk. Membesarkan anak berarti mengubah sebagian besar tindakan.
Anda bisa memulainya dengan membiasakan mengucap terima kasih sambil tersenyum ketika menerima sesuatu dari orang lain. Ini memperkenalkan anak pada dua hal, yaitu sopan santun dan memberikan kebaikan sehingga orang lain merasa dihargai.
Memupuk perilaku memberi sejak dini
Dimulai dari orang tua dengan sebuah tindakan kecil, ajarkan anak sejak dini untuk segera memberi setelah mereka menerima hadiah dalam momen apa pun. Ini akan mengajarkan mereka lebih baik memberi daripada menerima. Tidak perlu hal besar, menyiapkan hadiah berupa makanan dari rumah untuk tetangga di sekitar juga bisa mengajar anak lebih dermawan.
Vicki Hoefle, seorang ibu sekaligus penulis buku Duct Tape Parenting: A Less is More Approach to Raising Respectful, Responsible, and Resilient Kids mengatakan, memperkenalkan anak dengan kebaikan kecil--yang berhubungan dengan perilaku memberi sesuai ketertarikan anak-- dapat membuat perbedaan besar yang membuat anak lebih dermawan.
Ia sendiri mengajarkan anaknya untuk menyisihkan sedikit uang untuk beramal tiap minggu, yang secara mengejutkan dibayarkan sang anak pada sebuah penampungan setelah uang terkumpul selama tiga tahun.
Bicarakan pada anak untuk memberi bantuan
Sebuah studi tahun 2013 untuk PBB di Indiana University Lilly Family School of Philantrophy menemukan, anak yang orangtuanya berbicara mengenai memberi bantuan (dalam hal apapun --uang, energi, atau waktu--pada siapa pun) ternyata 20 persen lebih dermawan dibanding anak dengan orangtua yang tidak pernah membahas hal tersebut.
Peneliti juga mengatakan, sekadar memberi contoh belumlah cukup jika tidak disertai bicara dan menjelaskan mengenai pentingnya apa yang kita berikan bagi kebutuhan orang lain. Misalnya menyumbang baju, membantu tetangga, menyumbang darah, termasuk membantu orang tua, dan merawat hewan.
Lakukan tanpa paksaan
Hoefle juga menyarankan pada orangtua untuk tidak memutuskan sendiri apa yang sebaiknya anak lakukan agar lebih dermawan. Paksaan hanya membuat mereka malas. Sebaliknya, libatkan anak dalam percakapan untuk memutuskan sendiri apa yang bisa mereka berikan untuk membantu orang lain.
Sumber: www.beritagar.id