TitikNOL - Penyakit COVID-19 yang awalnya dipublikasikan dengan gejala seperti demam, batuk kering, dan flu. Kini di lapangan, seiring dengan perkembangannya dari hari ke hari semakin banyak gejala-gejala baru yang dialami oleh pasien.
Contohnya mulai dari timbul rasa nyeri di kaki, hilangnya nafsu makan, hilangnya kemampuan indra penciuman, merasa sangat kepanasan, sangat kelelahan sampai reaksi seperti merah-merah dan gatal pada kulit.
Dengan banyaknya gejala baru yang ada, maka tak heran Dr Nick Summerton, yang diketahui sebagai salah satu sosok diagnostik perawatan primer terkemuka di Inggris, sangat ingin daftar gejala COVID-19 diperluas alias ditambah selain pemerintah diperluas untuk mencerminkan penyakit COVID-19 ini adalah penyakit yang tidak dapat diprediksi.
Sebagai penasihat pemerintah Inggris selama pandemi COVID-19 ini berlangsung, dokter Nick merasa daftar gejala infeksi COVID-19 selama ini tidak menyoroti variasi luas gejala COVID-19. Sekaligus tidak menyoroti pula bagaimana variasi gejala COVID-19 yang luas itu mempengaruhi setiap orang secara berbeda.
Awalnya, seperti yang tertera dalam situs resmi National Health Service Inggris, penyakit COVID-19 hanya digambarkan dengan dua gejala yakni demam tinggi dan batuk kering terus menerus.
Di sisi lain, Dr Nick Summerton merasa gejala lain seperti sesak napas, kehilangan selera makan, kehilangan indra penciuman dan indra perasa, merasa sangat kelelahan, batuk kering, tubuh panas, atau demam harus juga masuk ke daftar sebagai sederet gejala terinfeksi COVID-19.
Inilah mengapa, dokter Nick menurut laporan The Sunday Times ingin pemerintah Inggris untuk membuat kelompok referensi gejala yang terdiri dari ahli kesehatan masyarakat untuk menganalisis gejala pasien selama pandemi COVID-19 ini, seperti dikutip Thesun, Senin (4/4/2020).
“Kita perlu mempertimbangkan gejala yang lebih luas dan kombinasi gejala yang dimiliki pasien. Waktu tidak ada di pihak kita dan kita harus melakukan ini dengan benar,†ujar Dr Nick Summerton.
Tapi peringatan yang diberikan dokter Nick kepada pihak pemerintah Inggris, dikatakan tidak direspon dengan baik dan membuat dokter lulusan Universitas Oxford tersebut frustasi dibuatnya.
Bersama Profesor John Newton, kepala pengujian pemerintah, Nick telah memperingatkan pemerintah Inggris soal gejala baru COVID-19 ini sebanyak tiga kali. Tapi hingga berita ini dilansir, dikatakan Nick belum menerima respon dari pemerintah resmi.
Maka tidak heran, situasi ini membuat Nick gusar karena ia sebagai ahli kesehatan menyakini dengan menambahkan daftar gejala dapat mencegah Inggris dari situasi pandemi COVID-19 yang lebih parah.
Situasi ini bisa saja membuat warga Inggris yang sebetulnya sudah terinfeksi COVID-19, namun tidak mengisolasi diri karena tidak mengalami dua gejala yang disebutkan oleh pemerintah. Tentu dengan demikian, bisa dengan mudah menularkan virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
"Ada orang-orang yang berkeliaran dengan virus corona, dan itu yang menjadi masalah. Kasus-kasus yang luput, terlewat ini kemudian akan menyebar di lingkungan komunitas masyarakat. Menyortir gejala COVID-19 penting bagi pasien dan merupakan dasar untuk semua hal lain yang kami lakukan terkait dengan pengujian dan pelacakan,†pungkasnya.
Sementara itu, Departemen Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Sosial Inggris sendiri mengatakan telah membuat kebijakan keputusan menetapkan batuk dan demam sebagai gejala utama COVID-19.
Berita ini telah tayang di lifestyle.okezone.com, dengan judul: Ilmuwan Inggris Peringatkan Daftar Gejala Virus Corona Harus Ditambah