TitikNOL - Tidak sedikit anak yang melawan dan berbicara balik saat sedang dinasehati oleh orangtuanya. Hal ini tentu saja menjadi kekhawatiran bagi banyak orangtua dalam menyikapi dan mengatasinya. Seorang psikolog sekaligus trainer Yayasan Kita dan Buah Hati, Elly Risman, Psi memberikan solusi kepada para orangtua yang merasa kebingungan dalam menghadapi tipe anak seperti ini melalui beberapa tips berikut ini.
Selalu ada alasan dibalik sebuah tindakan
Tindakan yang dilakukan seorang anak ketika melawan terhadap orangtuanya pasti diikuti dengan alasan yang melatarbelakangi si anak berbuat demikian. Tugas kita sebagai orangtua adalah menemukan akar masalahnya, mengapa anak menjadi bertindak sedemikian rupa. Apakah mereka memiliki keinginan yang tidak bisa diungkapkan atau ada hal lain yang membuatnya tertekan? Anda bisa mencari tahu lebih dalam dengan terjun langsung ke dunia anak-anak.
Seberapa lekat kedekatan Anda?
Hubungan anak dan orangtua haruslah lekat selekat kulit dengan tubuhnya. Jika anak melawan saat dinasehati, Anda bisa mengecek apakah hubungan dengan anak sudah terjalin baik? Apakah ia anak yang lahir tanpa direncanakan? Lalu, apakah hak menyusuinya sudah cukup? Berdasarkan Al-Quran, menyusui baik untuk dilakukan kepada anak selama 2 tahun penuh, proses menyusui juga harus secara skin to skin, alias kulit bayi menempel langsung dengan kulit sang ibu.
Sering tidak merealisasikan ucapan?
Saat anak berusaha melawan ucapan orangtua, perasaan kecewa pasti menyelimuti hati para orangtua. Namun, apakah Anda menyadari bahwa mungkin saja kita sebagai orangtua terlalu mudah meng”iya”kana pa yang anak ucapkan sedangkan kita sering lupa merealisasikannya?
Contoh, ketika anak menangis mereka merengek minta dibelikan mainan dengan syarat harus berhenti menangis dulu. Setelah berhenti menangis, ternyata kita lupa bahwa baru saja kita sudah membuat perjanjian dengan sang anak, tetapi kita mengundur waktu dan lupa menindaklanjutinya. Peristiwa seperti ini akan terus membekas di benak sang anak, sampai kapanpun mereka akan terus mengingatnya hingga orangtua menindaklanjuti apa yang sudah diucapkannya.
Masalah lain mungkin kita terlalu bersikap tergesa-gesa dalam menyelesaikan masalah, karena ingin serba cepat kita menjadi lupa diri untuk berbicara tenang saat menenangkan anak yang sedang menangis. Jika kita meluangkan waktu sebentar untuk mengetahui lebih dalam mengapa anak menangis meskipun di berada depan publik, hal ini tidak akan menurunkan wibawa kita sebagai orangtua saat dilihat oleh orang lain.
Sudah tepatkah gaya mendidik anak?
Anak bukanlah budak yang harus selalu menuruti apa yang dikatakan orangtua tanpa mengenal kompromi. Jika Anda menerapkan pola asuh ala “sersan pelatih”, sudah saatnya berubah. Pola asuh demikian tidak membiarkan anak mengemukakan pendapatnya saat ia merasa tidak setuju dan keberatan atas tanggung jawabnya. Orangtua yang bijak akan memberikan ruang kepada anak untuk berdiskusi dalam segala hal apalagi yang akan menjadi tanggung jawabnya.
Anak-anak sepenuhnya belum mengetahui dan memahami seperti mereka harus bertindak, mereka membutuhkan figure yang akan dijadikan contoh bagi kehidupannya. Mereka tidak bisa langsung benar dalam bertindak karena sepenuhnya mereka sedang belajar untuk menjalani kehidupan sama seperti orang dewasa.
Tidak peka terhadap perasaan anak
Jika orangtua berbicara menggunakan 12 gaya populer yakni Memerintah, Menyalahkan, Membohongi, Melabeli, Meremehkan, Membandingkan, Mengkritik, Menyindir, Mengancam, Menganalisa, serta Menghibur dan Menasihati di saat yang tidak tepat, bukan hal yang tidak mungkin jika pola asuh demikian malah menghasilkan anak yang pembangkan dan sering melawan orangtuanya sendiri. Mari mulai berubah untuk generasi yang lebih baik dan santun.
Gaya bicara yang tidak sesuai
Apakah gaya bicara Anda tidak berubah, padahal usia anak berubah? Tidak membedakan gaya bicara saat anak masih bayi, balita, remaja hingga dewasa hanya akan menimbulkan perlawanan dari anak. Meskipun maksud hati ingin memanjakan dan memperlihatkan kasih sayang, cara yang dianggap benar tidak selalu tepat dalam kenyataannya.
Anak memiliki cara berpikir sendiri
Setiap anak tercipta dengan perbedaan dan keistimewaan, mereka tidak sama begitu juga dengan kita orang dewasa. Anak-anak memiliki pemikiran dan cara pandangnya sendiri, tugas kita hanya menghargai pendapatnya dan meluruskan saat salah.
Reaksi yang tidak tepat
Reaksi orangtua dalam menanggapi sebuah masalah yang ditimbulkan sang anak ternyata menentukan kelanjutan hubungan anatara anak dan orangtua. Jika Anda ingin memiliki hubungan yang baik dengan anak, maka belajarlah untuk selalu merespon setiap tindakan anak dengan positif.
Sumber: www.buahatiku.com