TitikNOL - Perpaduan yang tak biasa dari pertunjukan wayang dengan lantunan musik keroncong berhasil menciptakan sebuah seni yang unik.
Biasanya, kisah bayangan boneka itu hanya diiringi alunan gamelan. Sedangkan keroncong yang banyak terpengaruh dari musik Portugis itu, saat ini tak banyak didengarkan kaum milenial.
Demi mempopulerkan dua budaya Indonesia itu, kelompok seniman asal Bandung yang bernama Behind the Actor's menyatukan wayang dengan keroncong. Pertunjukan wayang dengan musik keroncong itu dibawa melanglangbuana hingga ke mancanegara.
"Kami melihat wayang saat ini tidak digemari anak muda, sehingga dibutuhkan inovasi misalnya wayang dengan musik rock. Nah, kami memilih musik keroncong karena dianggap punya kekhasan," kata pendiri Behind the Actor's Asep Budiman, Senin (4/12).
Saat membawakan kisah-kisah wayang seperti Ramayana dan Mahabharata, unsur-unsur musik keroncong seperti alat musik cak, cuk dan cello wajib tersedia. Dalam pertunjukan besar, beberapa alat musik ditambahkan seperti gitar, bass, kontra bass, flute, dan biola.
"Aransemen musiknya dibuat menjadi keroncong, sedangkan lagunya bisa apapun. Tapi yang jelas cak, cuk dan cello mesti ada. Itu unsur pembentuk keroncong," tutur penata musik Syarif Maulana.
Sejak 2013, wayang dan keroncong dari Behind the Actor's sudah tampil di berbagai festival di banyak negara mulai dari Vietnam, Taiwan, Turki, Swedia, hingga Belanda. Bulan lalu (3/11), kelompok musik itu baru saja menghibur masyarakat Moskow, Rusia dalam Red Mood Festival.
Lima orang anggota Behind the Actor's tampil membawakan lakon patriotik Kumbakarna Gugur di hadapan siswa sekolah dasar di Moskow. Kisah pertempuran Kumbakarna melawan Anoman dan pasukan monyet dari Rahwana.
Behind the Actor's membawakan cerita Ramayana itu dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan Sunda yang dicampur dengan sedikit bahasa Inggris dan Rusia. Agar dipahami, cerita yang dibawakan seorang dalang dan penari itu dibantu oleh penerjemah.
"Awalnya kami sempat khawatir karena banyak pertempuran yang terlalu keras dan penonton serta dewan jurinya adalah anak-anak. Tapi sambutannya memuaskan dan ada yang sedih juga melihat Kumbakarna gugur demi kerajaannya," kata Syarif.
Penampilan Behind the Actor's itu diapresiasi dengan sebuah penghargaan Best Puppet Market alias Boneka Terbaik. "Dianggapnya, boneka yang sangat unik dibanding boneka dari Eropa," ucap Syarif.
Walau sudah kerap keluar negeri, Behind the Actor's masih terkendala soal dana. Mereka mengaku kesulitan mencari dana tiap kali keberangkatan. Selama ini, mereka hanya mengandalkan sponsor dari pemerintah.
Ketika ke Rusia kemarin, Behind the Actor's tak bisa memberangkatkan seluruh personelnya lantaran kekurangan dana. Alhasil mereka hanya membawa seorang pemusik untuk bermain gitar.
"Untuk membawa keroncong, dengan format full, ke luar negeri butuh biaya besar. Jarang sekali kami sanggup membiayai full," ujar Asep.
Tahun depan, Behind the Actor's rencananya akan kembali berangkat ke Swedia membawa wayang dan keroncong Indonesia.
Berita ini telah tayang di cnnindonesia.com, Senin 4 Desember 2017 dengan judul Kombinasi Wayang dan Keroncong Indonesia Pikat Dunia