SERANG, TitikNOL - Ratusan warga perumahan Perumahan Griya Asri Cluster Mahoni, Kelurahan Cikande, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang. meneriaki Sani (29), tersangka pembunuh anak majikan saat rekonstruksi berlangsung, Rabu (8/8/2018).
Sejak awal, lokasi rekonstruksi di rumah keluarga korban sudah banyak dijejali warga yang ingin menonton.
Dalam reka ulang itu, petugas harus bekerja ekstra keras untuk menghalau para warga yang ingin menonton. Bahkan, beberapa personel polisi juga ditempatkan di sekeliling lokasi, supaya warga tidak mendekat.
Sorakan warga terdengar bergemuruh, saat tersangka datang ke lokasi. Dengan pengawalan ketat anggota kepolisian bersenjata lengkap, Sani yang menggunakan pakaian tahanan dan penutup muka hanya tertunduk lesu. Pelaku kemudian langsung digiring untuk menjalani adegan pembunuhan tersebut.
Tersangka dalam kasus ini, tanpa canggung melakukan reka ulang, adegan pembantaian RA (3), dilakukan sebanyak 19 adegan.
Adegan pertama diawali saat Sani dimarahi oleh ibu korban Sutihati, karena pelaku sering membawa laki-laki ke rumahnya.
Ketika rumah sepi ditinggal bekerja oleh kedua orangtua korban, timbul niat jahat pelaku. Pada adegan ke sembilan dan dua belas, saat korban berada di kamar mandi berukuran 1x2,5 meter, pelaku dengan kejam melakukan penganiyaan hingga menenggelamkan korban ke dalam ember setinggi 50 centi meter.
Merasa telah membunuh anak majikannya, Sani kemudian berniat melarikan diri. Sebelum melarikan diri, pelaku mengambil barang berharga milik ibu korban berupa handphone dan uang Rp100 ribu. Setelah itu, pelaku bergegas meninggalkan rumah korban.
Ayah korban Ahmad Rozali, mengaku tidak pernah menyangka jika Sani bisa melakukan perbuatan itu kepada anaknya. Dia mengenal Sani sebagai sosok perempuan yang baik, taat beribadah dan rajin mengaji.
"Sehari-harinya normal, suka masak, ibadah. Makanya saya nggak menyangka kok dia bisa setega itu kepada anak saya," katanya saat ditemui di lokasi reka ulang.
Selama ini, Rozali menjelaskan sudah menganggap Sani sebagai saudaranya. Apalagi dia merasa kasihan, karena korban sering bercerita dianiaya oleh orangtuanya dan mantan suaminya.
"Dia suka curhat sering dipukulin bapaknya dan suaminya (mantan), saya merasa kasian, gimana kalau posisi saya seperti dia. Makanya dia sudah saya anggap kaya saudara sendiri," jelasnya.
Rozali menduga, pembunuhan anaknya itu ditenggarai oleh teguran istrinya kapada pelaku yang sering menerima tamu laki-laki hingga larut malam. Padahal teguran itu sebagai bentuk perhatian kepada pelaku.
Rozali berharap, pelaku dapat dihukum yang seberat-beratnya atau dihukum mati, sesuai dengan perbuatannya tersebut.
"Nyawa dibalas dengan nyawa. Pelaku harus dihukum mati," harapnya. (Gat/TN1)