SERANG, TitikNOL - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Serang menggelar apel pagi memperingati Hari Kesaktian Pancasila, Kegiatan ini diikuti ratusan kepala sekolah tingkat PAUD, SD, hingga SMP, baik negeri maupun swasta, yang dilanjutkan dengan ziarah ke makam Kanjeng Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Kepala Dindikbud Kota Serang Ahmad Nuri, menegaskan kegiatan ini bukan sekadar agenda tahunan, tetapi juga bentuk penghormatan sekaligus tabarukan (Meraih keberkahan) kepada Sultan Banten pertama yang berjasa dalam penyebaran Islam.
“Sebagai penerus, kita wajib meneladani kepemimpinan beliau. Semangat itu kita turunkan ke dalam dunia pendidikan di Kota Serang, sejalan dengan konsep Kota Serang Cerdas, Cerah, dan Pengaji,” katanya.
Menurut Nuri, kehadiran 300 hingga 400 kepala sekolah dalam apel dan ziarah tersebut memperlihatkan solidiritas dunia pendidikan Kota Serang. Ia menilai persatuan ini penting untuk mendukung program unggulan Wali Kota Budi Rustandi dan Wakil Wali Kota Nur Agis Aulia.
“Soliditas ini menjadi kekuatan besar untuk bersama-sama mewujudkan Kota Serang yang cerdas,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan tiga pesan utama dari kegiatan ini. Pertama, konsolidasi internal pendidikan dengan semangat kebangsaan. Kedua, penguatan nilai religiusitas agar Serang tetap dikenal sebagai kota agamis. Ketiga, komitmen menjaga dan melestarikan budaya lokal.
“Nilai kebangsaan, religiusitas, dan budaya harus kita kedepankan agar pendidikan di Kota Serang memiliki pondasi kuat,” jelas Nuri.
Sementara itu, Kepala sekolah PKBM HSPG Kota Serang, Dita Carolina, mengapresiasi kegiatan ini sebagai momen berharga bagi para pendidik. Ia menyebut ziarah ke makam Sultan Maulana Hasanuddin memberi pengalaman spiritual sekaligus mempererat kebersamaan.
“Alhamdulillah, respon guru sangat positif. Bagi saya pribadi, ini kesempatan yang berkesan karena bisa berdoa bersama teman-teman demi kelancaran pendidikan di Serang,” ungkapnya. Ia juga mendukung penerapan pakaian adat sebagai identitas budaya. “Batik khas Serang dengan pola Saung Patok sudah menjadi simbol. Yang penting konsisten dijaga dan dilestarikan,” tutupnya.