SERANG, TitikNOL - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten akan tetap minus sampai pada akhir tahun 2020.
Pengamat Indef Nailul Huda mengatakan, sangat sulit bagi Provinsi Banten untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke positif. Mengingat, kategori industry dan konsumsi keluarga saat ini minus. Diketahui, pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan II minus 7,47 persen.
“Untuk semuanya di Banten, saya yakin pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun akan minus. Sangat sulit mengejar angka positif, apalagi di Banten kebanyakan dari insfratuktur,” katanya saat dihubungi TitikNOL, Senin (12/10/2020).
Ia menyebutkan, minggatnya 74 perusahaan industri di Banten memukul berat pertumbuhan ekonomi. Hal itu berdampak pada anjloknya pertumbuhan ekonomi dalam bidang insfratuktur. Sehingga, ketika pabrik tidak beroperasi, petumbuhan ekonomi secara nasional akan rendah juga.
“Di Banten memang mengandalkan beberapa industri yang dampaknya sangat besar, terutama industri pengolahan strukturnya mencapai 31 persen. Pertumbuhan ekonomonya di triwulan II minus 9,11 persen. Jadi sangat anjlok,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, pertenggangan besaran eceran itu minus 5,7 persen. Relokasi pabrik sangat berkaitan dengan produksi. Penghentian pabrik sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Ditambah yang terjadi saat ini, konsumsi rumah tangga minus 5,22 persen dan penyebaran covid masih masif di Banten.
“Kalau untuk menaikan pertumbuhan ekonomi harusnya fokus dulu ke kesehatan dulu. Saran saya sih Banten PSBB ketat. Kalaupun nanti pertumbuhan ekonomi turun, untuk naik kembali akan cepat. Yang saya lihat di Banten PSBB di lepas,” paparnya.
Ia menerangkan, Pemprov Banten harus fokus pada penanganan kesehatan. Mengingat, upaya Pemprov dinilai tidak jelas. Hal itu Nampak dari kebijakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang difokuskan untuk pembangunan sport center. Terlebih, Pemprov Banten tidak pernah menyebutkan rencana secara jelas kedepan.
“Program PEN yang direncanakan oleh Pemprov Banten belum jelas penggunanya dan jangka panjangnya. Pemprov Banten tidak pernah menyebutkan rencana secara jelas kedepan,” terangnya.
Huda menuturkan, hal yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi keluarga. Sebab, Banten di pengaruhi konsumsi domestik ketika ada gangguan dari luar seperti pandemi. Untuk itu diperlukan JPS dalam bentuk uang. Kegunaanya untuk kegiatan ekonomi ditingkat masyarakat.
“Seharusnya PEN harus JPS, sehingga tidak kehilangan konsumsi dan dapat menciptakan multiplayer jika dalam bentuk uang. Uang ini nggak jelas, yang saya tahu untuk Bank Banten sama bangun sport center yang nggak jelas itu,” tukasnya. (Son/TN1)