SERANG, TitikNOL - Seorang pemuda bernama Dede Hidayat (26) warga Kampung Sadik, Kelurahan Pagar Agung, Kecamatan Walantaka, tewas ditusuk orang tidak dikenal, usai terlibat dalam keributan di sebuah hiburan orkes dangdut di kampung tersebut.
Peristiwa itu terjadi, setelah hiburan yang digelar salah satu warga yang menjadi tradisi setiap acara khitanan atau pernikahan di kampung tersebut, tutup pada pukul 23.00 WIB.
Beberapa pemuda yang terpengaruh minuman keras, tampak tidak puas karena hiburan harus selesai.
Dalam kondisi terpengaruh alkohol, dua kelompok warga bersitegang hingga terjadilah perkelahian.
Setelah setengah jam musik dangdut ditutup, banyaknya warga yang ada di lokasi membuat perkelahian makin tak terkendali.
Saat itu, korban Dede yang terlibat dalam keributan, melihat salah satu saudaranya yang terlibat dalam perkelahian itu.
Berniat ingin melerai, ia malah terkena tusuk oleh orang tak dikenal. Korban ditusuk dari arah belakang dengan badik, hingga membuat robek perut bagian kanan.
Korban yang tersungkur ke tanah membuat luka tusuk makin parah. Bahkan paru-paru korban bocor akibat badik yang menancap makin dalam.
Warga setempat pun panik tak alang kepalang. Pelaku diduga langsung melarikan diri dari lokasi kejadian.
Ketua pemuda setempat dan rekan-rekan korban, langsung membawa Dede ke Rumah Sakit Hermina Ciruas, malam itu.
Pihak rumah sakit langsung mengarahkan korban untuk mendapat perawatan di Unit Gawat Darurat (UGD).
Ahmad Robi (26), kakak korban ditemani ketua pemuda setempat mengaku sempat mengantar adiknya hingga rumah UGD.
“Saya dipanggil untuk nebus obat antiobiotik suntikan semua. Mintanya Rp1.200.000, setelah itu dipanggil lagi buat operasi suruh daftar di bagian pendaftaran. Terus diminta biaya operasi,” kata Robi.
Bingung dengan biaya pengobatan, Robi kemudian memutuskan kembali ke rumah untuk membawa emas seberat tujuh gram.
“Tadinya buat biaya, tapi pihak rumah sakit nggak bisa,” jelasnya.
Samsuri (50), orangtua korban mengaku tak mampu membayar biaya operasi anaknya. Pihak RS Hermina, kata dia, meminta deposit biaya operasi sebesar Rp13 juta.
"Saya mau ngasih Rp5 juta pihak rumah sakit nggak mau. Kalau ada DP itu baru bisa ditangani,” kata Samsuri.
Sementara itu bibi korban, Mariyam (45), mengaku jika saat dibawa ke RS Hermina, korban masih dalam kondisi bernyawa.
Lantaran tidak mendapatkan tindakan, korban dipindahkan ke rumah sakit Bedah Benggala, namun nyawanya tidak tertolong.
“Korban meninggal di rumah sakit Benggala saat mau dioperasi jantungnya lemah. Kalau saat di Hermina korban tidak bisa diambil tindakan operasi karena alasan biaya,” kata Mariyam ditemui di kediamannya, di kampung Sadik, Kecamatan Walantaka.
Sementara itu, MARS Manager Marketing dan Mutu Akreditasi RS Hermina dr. Vivi Yulivitri, mengaku mendapat laporan dari pihak petugas rawat jaga saat itu korban mengalami pendarahan serius.
“Tanpa menunggu persetujuan dari pihak keluarga atau korban kita lakukan tindakan lifesaving (penyelamatan nyawa), ini tindakan yang memang harus dilakukan diawal,” kata dr Vivi ditemui di kantornya, Selasa (3/9/2017)
dr Vivi juga mendapat laporan dari petugas yang berjaga, mencium aroma alkohol dari semua orang yang mengantarkan korban.
“Termasuk korban dalam kondisi pengaruh alkohol,” ungkapnya.
Adapun mengenai kabar pihak rumah sakit mewajibkan pasien memberikan deposit biaya pengobatan atau sejumlah uang agar dilakukan tindak operasi terhadap korban Dede, dia membantahnya.
“Penundaan itu karena tidak ada orang yang memberikan persetujuan SIO (Surat Izin Operasi). beberapa orang yang datang nggak ada yang mau tanda tangani. Kami tanya, mereka ternyata kerabat jauh korban,” jelasnya.
Pihak rumah sakit pun mendapat informasi, bahwa orangtua korban berada di Jakarta malam itu. Hingga pukul 08.00 WIB pagi, Minggu (1/10/2017) orangtua korban baru tiba di rumah sakit.
Lantaran merasa tidak mendapatka pelayanan baik, saat itu pihak keluarga meminta agar dirujuk ke RS Bedah, Benggala Serang.
“Saat dirujuk kami sudah pastikan kondisi korban sudah membaik. Artinya bahwa tensi darah bagus, denyut nadi bagus, nafas bagus. Kami tidak bisa pastikan ketika di perjalanan kondisi korban lemah,” ujarnya.
Terpisah Kapolsek Walantaka AKP Atip Ruhyaman mengatakan, hingga kini pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kasus penganiayaan itu. Hingga saat ini sudah 10 orang saksi yang diperiksa terkait kejadian penusukan.
“Dari saksi yang kita tanya mengaku tidak melihat jelas kejadian, karena malam. Dari semua saksi tidak ada satupun yang dengan jelas melihat pelaku. Kami akan terus lakukan pengembangan,” kata Atip.
Hingga saat ini, pihaknya masih menunggu hasil autopsi korban dari RS dr Drajat Prawiranegara, Serang.
"Sementara untuk hasil autopsi belum bisa terangkan. karena kita fokus lidik untuk kasusnya juga," ungkapnya.
Saat ini, petugas berhasil mengamankan barang bukti berupa senjata tajam jenis Badik, yang diduga menjadi alat pelaku untuk menusuk korban.
"Alat bukti ditemukan tak jauh dari lokasi kejadian, kita terus kembangkan untuk menangkap pelaku," pungkasnya. (Gat/red)