TANGGERANG, TitikNOL - Pengamat politik Adi Prayitno menyebutkan bahwa budaya politik di Kota Tanggerang Selatan (Tangsel) 45 persen dipengaruhi money politic.
Penilaian itu didasari pada sikap masyarakat yang belum dewasa dalam memahami politik. Padahal, taraf ekonomi masyarakat Tangsel didominasi oleh kalangan menengah ke atas.
"Budaya politik di Tangsel, 45 persen warganya agak matre yang mentoleransi politik uang. Ini menyedihkan," katanya dalam diskusi yang digelar Jaringan Pemilih Tangerang Selatan (JPTS) di salah satu rumah makan di Ciputat, Kota Tangsel. Sabtu (27/7/2019).
Ia menuturkan, cara berpolitik yang mengedepankan uang harus diputus agar mendapatkan pemimpin yang revolusioner dan transformatif. Karena kunci untuk membawa sebuah daerah menjadi lebih baik berada pada kepemimpinan yang bersih.
Menurutnya, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan digelar 2020 mendatang, merupakan salah satu alternatif menghadirkan pemimpin untuk membawa perubahan yang maju. Mengingat, Tangsel sebagai penyangga Ibu Kota memiliki potensi yang besar untuk menata Kota.
"Yang nyalon jangan itu-itu saja. Perlu tokoh baru yang bisa menjadi alternatif. Oleh karena itu para aktivis, mahasiswa, dan semua pemangku kepentingan perlu turun ke masyarakat memberikan pemahaman," tegasnya.
Senada dengan aktivis anti korupsi Ade Irawan. Ia menuturkan untuk menjadi Kota yang maju, salah satu hal yang perlu dibenahi adalah perimbangan pembangunan. Dikarenakan, fasilitas publik yang disediakan pemerintahan Tangsel belum sebanding dengan yang disediakan pihak swasta.
"Keuangan daerah hampir 4 triliun, jadi Tangsel punya potensi untuk menjadi daerah lebih baik," ujarnya.
Ade optimis, Tangsel bisa menjadi daerah percontohan jika dipimpin oleh seseorang yang memiliki kemampuan, keberanian, komitmen dan berinovasi dalam menata kelola pemerintahan.
"Hanya pemimpin yang bersih Tangsel bisa jadi percontohan, bukan hanya bagi Banten tapi bagi daerah lain secara nasional," tukasnya. (TN2)