Minggu, 24 November 2024

Kasus Stunting di Banten Turun

Kepala Dinkes Banten, Ati Pramudji Hastuti. (Foto: TitikNOL)
Kepala Dinkes Banten, Ati Pramudji Hastuti. (Foto: TitikNOL)

SERANG, TitikNOL - Kinerja Dinkes Banten dalam menangani stunting membuahkan hasil. Kasus angka anak gagal tumbuh kembang menurun.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan RI, posisi angka stunting di Provinsi Banten pada tahun 2022 berada pada angka 20 persen, di bawah angka nasional 21,6 persen.

Selain itu, data penimbangan balita dalam sistem pelaporan e-PPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) Kementerian Kesehatan RI, angka stunting di 2023 semester 1 angka Prevalensi 3,6 persen atau tinggal sebanyak 28.770 anak stunting.

Kepala Dinkes Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, penurunan angka stunting berkat kerjasama seluruh lembaga yang konsen dalam mengentaskan gagal tumbuh kembang anak.

“Penurunan angka stunting hasil survei Kemenkes ini berkat kerjasama bersama, yang fokus tangani stunting," katanya.

Ati mengaku optimistis penurunan angka stunting dapat mencapai 14 persen sesuai yang di targetkan pemerintah pusat pada tahun 2024.

“Target penurunan stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024 kemungkinan bisa tercapai,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, penekanan angka stunting bisa dilakukan dengan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas).

Hal ini dilakukan untuk menciptakan anak berperilaku hidup sehat agar berkurang beban penyakit dan meningkatnya produktivitas masyarakat.

Menurutnya, ada enam gerakan yang dilakukan di tingkat sekolah. Pertama, aktivitas fisik secara rutin dengan memasukan kurikulim olahraga, peregangan setiap dua jam setelah melakukan pekerjaan, olahraga seminggu sekali, dan senam pagi tiga kali dalam seminggu.

Kedua, konsumsi pangan sehat dengan sarapan bersama dengan gizi seimbang 2 kali seminggu di semua sekolah, edukasi pangan sehat dengan cara lomba masak serta karya ilmiah, dan berkebun di sekolah.

Ketiga, menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan menyediakan sarana cuci tangan di setiap ruang kelas seluruh sekolah, menyediakan toilet dan air bersih, perilaku dan pengolahan sampah dengan prinsip 3R, dan kantin sekolah sehat.

Keempat, hindari rokok dan asapnya dengan pelaksanaan kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah, dan bahaya rokok masuk dalam kurikulum sekolah sejak dini.

Kelima, skrining kesehatan dan tes kebgaran kepada seluruh karyawan di sekolah beserta siswa.

Keenam, minum satu butir tablet tambah darah bersama seminggu sekali bagi remaja putri.

“Dengan pola Germas, kita terhindar dari penyakit yang ditimbulkan akibat kurangnya gizi dan kebersihan,” tutupnya. (ADV)

Komentar