Selasa, 29 Oktober 2024

9 November 1989, Runtuhnya Tembok Berlin

Tembok Berlin. (Dok: surfnetkids)
Tembok Berlin. (Dok: surfnetkids)

TitikNOL - 9 November 1989 adalah hari istimewa yang penuh peristiwa. Mulai dari formulasi kalimat yang kurang menguntungkan dari segi birokratis, yaitu: mulai sekarang berlaku kebebasan melakukan perjalanan yang disampaikan menjelang malam, sampai dirobohkannya tembok Berlin pada malam hari dan menjelang dinihari.

Dalam beberapa jam saja, hidup warga Jerman dan Eropa berubah. Sejarah baru mulai ditulis. DDR atau Jerman Timur, yang diperintah dengan sistem komunis, tumbang di bawah tekanan demonstrasi dan warga yang melarikan diri. Runtuhnya tembok Berlin adalah akhir masa DDR, walaupun persatuan Jerman baru direalisasikan setahun kemudian.

DDR yang tanpa tembok dan kawat berduri, yang tidak membiarkan warganya bepergian ke negara lain, tidak punya kekuatan untuk tetap eksis, kecuali keanggotaannya di Blok Timur dan dalam Pakta Warsawa.

Tetapi Uni Sovyet, dengan pemimpinnya yang pro reformasi Gorbatchev, memilih untuk tidak mengambil langkah kekerasan, seperti halnya pemerintah di Berlin Timur. ‘Solusi seperti di Cina’ yaitu pembantaian di Lapangan Tiananmen di Beijing tidak terjadi. Tanggal 9 November 1989, gerakan pembebasan tidak dipukul mundur secara brutal lagi seperti 1953 di DDR, 1956 di Hongaria, dan 1968 di Cekoslovakia. Runtuhnya tembok Berlin menyempurnakan revolusi damai di Jerman Timur.

Dengan hal tersebut, 9 November adalah sebuah hari dan sebuah malam yang membahagiakan dan penuh air mata. Hari yang menyentuh warga Jerman secara emosional. Ini hari yang membangkitkan kenangan dan perasaan yang hampir terlupakan, juga keinginan untuk menyatu di kedua bagian Jerman, serta keinginan untuk bebas di Jerman Timur. Warga Jerman dan warga Berlin ibaratnya seperti dalam keadaan mabuk.

Ini juga perasaan membahagiakan, yang ketika itu membuat semua orang terkejut. Sebuah hari, sebuah malam yang penuh perasaan tak tergambarkan, yang menunjukkan dengan jelas bahwa pemisahan selama 40 tahun tidak bisa menghapus rasa persatuan dan ini juga mengagetkan banyak orang. Ketika itu jugalah tercipta perkataan Willy Brandt yang indah.

"Sekarang tumbuhlah bersama, apa yang memang menjadi sebuah kesatuan. Tapi ini perkembangan yang tidak melawan siapapun, terutama tidak terhadap negara tetangga. Revolusi damai ini memastikan posisi Jerman di tengah Eropa,” tuturnya. (Rif)

Komentar