SERANG, TitikNOL – Pandemi Virus Corona melesukan perekonomian. Tidak sedikit perusahaan gulung tikar, sehingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) marak terjadi.
Berdasarkan data bulan Februari, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat, ada 489 ribu orang warga Banten menganggur. Jika dibandingkan dengan data sebelumnya, ada penambahan sebanyak 23 ribu orang yang nganggur.
"Sebelum Covid, pengangguran 2019 di Banten 465 ribu orang, sekarang 489 ribu orang jadi naik 23 ribu orang," kata Bidang Statistik Sosial BPS Banten Heri Purnomo kepada TitikNOL, Selasa (05/05/2020).
Ia menjelaskan, faktor utama meningkatnya pengangguran di Banten adalah Upah Minimum (UMK) yang naik dan adanya pemindahan perusahaan padat karya ke luar Banten. Sehingga, banyak karyawan yang diberhentikan.
"Kenaikan dengan UMK itu membuat keadaan perusahaan tidak nyaman dan PHK. Ada juga yang memindahkan perusahaan ke Jawa, itu salah satu meningkatnya angka pengangguran. Kalau yang pindah itu padat karya. Itu memicu menimbulkan tingkat pengangguran," jelasnya.
Menurutnya, kondisi pengangguran data pada bulan April hingga Mei diprediksi mengalami peningkatan. Sebab, aktivitas ekonomi ekspor impor semakin lesu. Terlebih, penyedia lowongan kerja di Banten semakin kecil.
"Kalau prediksi agak susah juga, tapi melihat kondisi ada kemungkinan besar. Awal tahun penyedia lowongan semakin kecil, itu mempertinggi angka pengagguran," terangnya.
Kepala BPS Provinsi Banten Adhi Wiriana menambahkan, akibat penambahan angka yang nganggur menyebabkan Banten berada pada posisi paling tinggi se Indonesia. Hingga kini, angka pengangguran di Banten mencapai 8,1 persen.
"Paling tinggi, 8,1 persen itu paling tinggi se Indonesia. Paling rendah itu Bali 1,23 persen. Pas kemarin Banten 7 persen, sekarang ada pandemi Corona naik 8,1 persen," ujarnya.
Pada masa kerja triwulan 1, kata dia, biasanya Banten berada dalam urutan pengangguran kedua setelah Jawa Barat. Namun akibat dampak dari virus Corona, kini Banten berada dalam posisi tertinggi nasional pengangguran.
“Biasanya triwulan 1 ini posisi Banten kedua setelah Jawa Barat, itu biasanya. Karena pandemi terus saja nomor 1. Harusnya perbaikan," tukasnya. (Son/TN1)