SERANG, TitikNOL - Pembangunan panggung senilai Rp 23 juta di SMP Negeri 1 Kota Serang menjadi buah bibir. Disponsori oleh Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 2025, proyek yang dinamai "Panggung Kreasi dan Literasi Siswa" ini menuai sorotan tajam karena lokasinya yang tak lazim dan prioritas penggunaannya yang dipertanyakan.
Panggung tersebut berdiri megah tepat di belakang tiang bendera utama lapangan upacara. Posisi ini sontak memicu perbincangan dan spekulasi di kalangan orang tua murid dan publik.
Kejanggalan Lokasi dan Fungsi
Menurut perwakilan SMPN 1 Kota Serang, Raharja, panggung ini didesain multifungsi. Rencananya, panggung akan dipakai setiap hari untuk kegiatan literasi siswa, tadarusan, hingga makan bersama.
"Sekaligus untuk pidato Pembina upacara saat upacara Senin," kata Raharja saat dikonfirmasi.
Namun, lokasinya yang 'nyempil' di belakang tiang bendera dianggap janggal untuk sebuah panggung kreasi. Muncul dugaan panggung tersebut justru lebih memprioritaskan kenyamanan Pembina Upacara agar tidak kepanasan saat berpidato, ketimbang benar-benar untuk pementasan siswa yang akan terhalang tiang.
Prioritas Dana Bos Disorot
Seorang wali murid yang meminta identitasnya dirahasiakan mempertanyakan urgensi pembangunan panggung fisik ini. Ia menyayangkan penggunaan dana BOS puluhan juta rupiah yang menurutnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih mendesak.
"Apakah pembangunan panggung fisik sebesar Rp23 juta merupakan prioritas utama dibandingkan kebutuhan lain, seperti fasilitas belajar yang rusak atau penambahan koleksi buku?" tanyanya.
Dikerjakan 'Mandiri', Abaikan Keselamatan Kerja
Proses pengerjaan proyek ini juga tak luput dari sorotan. Raharja mengakui pengerjaannya tidak melalui sistem lelang maupun swakelola resmi.
"Pihak sekolah memanggil tukang las sendiri, tukang bangunan sipil dan kemudian berbelanja material langsung di toko dengan metode transfer," terangnya.
Ironisnya, aspek keselamatan kerja (K3) tampak diabaikan. Dari pantauan di lokasi, terlihat dua orang pekerja las bertengger di atap panggung setinggi lebih dari 3 meter tanpa mengenakan Alat Pelindung Diri (APD).
Raharja menyebut penanggung jawab penuh proyek ini adalah Kepala Sekolah, Bohari Muslim. Hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah masih diupayakan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut terkait polemik panggung tersebut. (TN)