SERANG, TitikNOL - Ada yang menarik dalam aksi demontrasi mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Pandemi kali ini. Dari barisan massa aksi, kontras sejumlah emak-emak ikut serta ditengah unjuk rasa.
Awalnya, para emak-emak itu hanya dapat melihat mahasiswa aksi menyampaikan aspirasi masyarakat. Namun disebrang jalan, mereka turut mendukung dan memberi semangat kepada assa aksi.
"Maju terus, maju terus mahasiswa. Hidup mahasiswa. Jangan kendor, maju terus," teriak emak-emak dan warga setempat, Jumat, (12/06/2020).
Melihat emak-emak yang semangat mendukung, para mahasiswa kemudian menyambut sekaligus mengajak untuk ikut bergabung memperjuangkan hak masyarakat dengan yel-yel.
"Yang mau perubahan ayo gabung, gabung. Ibu-ibu yang merasa ingin ikut berjuang ayo gabung. Siapa yang mau orasi dari ibu-ibu," sambut salah satu massa aksi.
Para emak-emak itu pun ikut bergabung dalam barisan massa aksi. Hanya beberapa menit teriak-teriak histeris, sejumlah emak-emak itupun mundur dari barisan dan kembali menonton.
Saat diwawancara TitikNOL, Susilawati salah satu warga yang tinggalnya hanya bersebrangan dengan Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kota Serang mengatakan, alasan gabung ikut demontrasi bersama mahasiswa merupakan bentuk kekecewaan terhadap pemerintah.
Pasalnya, di RT 05, RW 13, Lingkungan Ciawi, Keluaran Cipare, Kecamatan Serang tidak ada satu pun warga yang mendapat Bantuan Sosial (Bansos) baik dari Pemerintah Daerah (Pemda) maupun pemerintah Pusat. Padahal, di Lingkungan tersebut banyak warga yang kurang mampu dan terdampak ekonomi akibat virus Corona.
"Saya sih ikut demo karena dekat dan nggak dapat bantuan. Nggak dapat sembako, nggak dapat dari pak Jokowi itu. Ngumpulin KTP sama KK sudah tapi nggak dapat. Semua satu RT nggak dapat," katanya.
Ia menyebutkan, penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari hanya mengandalkan dari suaminya yang berprofesi sebagai sopir Angkutan Umum (Angkot).
"Suami sopir angkot. Iya dong, nggak dapat apa-apa. Harusnya dapat karena banyak yang nggak mampu. Apalagi tetangga saya, hidup sendiri, nggak punya suami sama anak, cuma dagang es," ungkapnya.
Ditempat yang sama, Armanah (78) mengaku pernah menangis selama dua hari karena dalam keadaan tidak memadai saat bulan suci ramadhan kemarin. Terlebih, dirinya tinggal bersama anak dan menantu yang masih menganggur.
"Saya pas puasa kemarin nangis aja selama 2 hari, saya nggak dapat bantuan. Saya tinggal sama anak dan menantu. Menantu saya tidak kerja," rintihnya.
Disisi lain, aksi mahasiswa sampai saat ini masih berlanjut. Perwakilan massa aksi sedang berdialog ausensi dengan Dinsos Kota Serang. Sedangkan, sebagian lainnya berorasi di depan Kantor Dinsos Kota Serang. (Son/TN1)