Kamis, 19 September 2024

Padahal Daerah Industri, Warga Kota Cilegon Masih Ada yang Dolbon

Anggota DPRD Kota Cilegon, Rahmatullah saat mendampingi Baznas menyerahkan bantuan jambanisasi. (Foto: TitikNOL)
Anggota DPRD Kota Cilegon, Rahmatullah saat mendampingi Baznas menyerahkan bantuan jambanisasi. (Foto: TitikNOL)

CILEGON, TItikNOL - Kehidupan masyarakat Kota Cilegon hingga saat ini masih terdapat yang berperilaku Buang Air Besar (BAB) di sembarang tempat atau dolbon.

Anggota Komisi III DPRD Kota Cilegon Rahmatulllah, mengaku miris melihat kondisi tersebut. Hal itu diungkapkannya saat pendampingan penyerahan bantuan jambanisasi oleh Banznas di Lingkungan Kampung Baru, RT 01 RW 3, Kelurahan Kebondalem, Kecamatan Purwakarta.

"Ini sangat miris, Cilegon yang katanya Kota Terkaya di Banten tapi masih ada warganya yang dolbon," kata Anggota Komisi III DPRD Cilegon, Rahmatulloh padaSenin (6/2/2023).

Menurut Rahmatullah, salah satu pemicu masih adanya masyarakat yang dolbon tersebut karena persoalan ekonomi.

"Pembangunan jambanisasi ini juga masih ada usulan dari Kelurahan Pabean, Kecamatan Purwakarta dimana ada 5 KK (Kepala Keluarga) yang masih belum memiliki jamban dan toilet. Maka inilah upaya kita sebagai wakil rakyat yang secara pribadi maupun bersama Baznas dan RT/RW untuk merealisasikan hal itu," ujarnya.

Yusuf Tojiri, warga lingkungan Kampung Baru, RT 01 RW 3, Kelurahan Kebondalem yang menerima manfaat mengaku bersyukur mendapat bantuan pembangunan jambanisais dari Baznas.

"Tidak dolbon lagi, sementara sering numpang (BAB) di rumah uak. Saya cuma buruh harian lepas di proyek-proyek bangunan, dan rumah yang ada saat ini juga merupakan hasil bantuan," ungkap Yusuf Tojiri.

Di tempat yang sama, Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian Baznas Kota Cilegon, Habibi Abfat mengungkapkan, mengingat masih banyaknya warga yang membutuhkan, maka Baznas telah mengalokasikan bantuan 4 hingga 5 pembangunan jambanisasi setiap bulannya.

"Jadi nilai bantuan jambanisasi ini ditentukan setelah survei yang sesuai dengan taksiran kebutuhannya, bisa Rp5 juta sampai Rp10 juta. Sebelumnya di Cikerai juga ada 16 KK, tapi ternyata sebagiannya sudah mendapat bantuan dari industri," ujarnya. (Ardi/TN).

Komentar