Jum`at, 22 November 2024

Panggil Para Pihak, Polres Lebak Lidik Kasus Pungli di SDN Parakanbeusi

Ilustrasi. (Dok: Tribunnews)
Ilustrasi. (Dok: Tribunnews)

LEBAK, TitikNOL - Polres Lebak mulai melakukan penyelidikan atas kasus Pungutan Liar (Pungli) yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) I Parakanbeusi.

Hari ini, Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Kabupaten Lebak memanggil pihak SDN Parakanbeusi, untuk mengklarifikasi dugaan Pungli guna proses penyidikan.

Kasatreskrim Polres Lebak Iptu David mengatakan, pihaknya masih melakukan proses lidik. Jika pada perjalanannya terbukti ada tindak pidana, maka proses itu akan ditindaklanjuti sesuai prosedur hukum yang berlaku.

"Ini kami lagi proses lidik, klarifikasi. Nanti kalau memang unsurnya terpenuhi, kalau ada tindak pidana kami akan tindaklanjuti," katanya kepada TitikNOL, Selasa (19/05/2020).

Baca juga: Kordinator UPT Pendidikan Bojongmanik Sebut Pungli SDN 1 Parakanbeusi Salahi Aturan

Proses lidik ini kata David dilakukan, setelah wali murid dari SDN I Parakanbeusi melaporkan dugaan tindakan Pungli kepada Polres Lebak.

Sebelumnya diberitakan, bahwa sejumlah orang tua murid berharap, pelaku pungli ditindak tegas dan diproses sesuai hukum yang berlaku. Mereka pun mengaku sudah jengah dengan pihak sekolah yang kerap melakukan pungli, tanpa punya hati meski di tengah kondisi wabah Covid - 19 saat ini.

Omo, salah seorang dari orang tua murid di SDN I Parakan Beusi mengatakan, anaknya yang masih duduk di kelas satu disuruh membeli kaos sekolah seharga Rp100 ribu dan baju batik Rp90 ribu.

"Sampai saya menangis waktu anak saya pulang sekolah bilang suruh bayar kaos, ini suratnya kata anak saya. Kata saya belum punya uangnya, selang satu minggu datang lagi surat. Pak ini ada surat lagi kata anak saya, sampai anak saya ngumpulin uang jajannya. Uang jajannya itu cuma Rp2 ribu sehari, dikumpulin anak saya. Sampai saya tanya, buat apa nak. Buat bayar kaos pak kata anak saya. Untuk bayar kaos itu akhirnya saya sampai pinjam ke tetangga, langsung saya bayar pak, kontan. Karena takut mental anak saya ngedrop tidak mau sekolah," tuturnya. (Gun/Son/TN1)

Komentar